contoh laporan pembiayaan perusahaan pertanian


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Prof. Mr. W.L.P.A. Molengraff, pengertian perusahaan dari sudut pandang ekonomi adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar untuk mendapatkan penghasilan dengan cara memperniagakan barang-barang, menyerahkan barang-barang, atau mengadakan perjanjian-perjanjian persediaan.
Menurut Mr. M. Polak, perusahaan ada apabila diperlukan adanya perhitungan-perhitungan tentang laba rugi yang dapat diperkirakan dan segala sesuatu itu dicatat dari pembukuan
Dari penjelasan kedua para ahli dapat di simpulkan bahwa perusahaan (business) adalah suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti bahan baku dan tenaga kerja di proses untuk menghasilkan barang atau jasa atau output bagi pelanggan. Tujuan dari perusahaan adalah laba/keuntungan. Laba (profit) adalah selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumberdaya alam dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut.
Pembiayaan perusahaan pada umumnya membahas tentang biaya-biaya pada suatu perusahaan, mulai dari modal, penerimaan, pengeluaran, pendapatan serta perhitungan rugi – laba suatu perusahaan tersebut. pembiayaan pada suatu perusahaan menjadi suatu problem yang sangat penting untuk dikaji ulang, karena pembiayaan pada suatu perusahaan sangat berpengaruh pada kemajuan suatu perusahaan tersebut.
Suatu masalah yang dihadapi oleh sebuah perusahaan tidak hanya terfokus pada hal-hal yang bisa dinilai secara kasat mata seperti masalah dari segi produksi, pengelolaan, sumber daya manusia di lapangan, perusahaan juga harus fokus dan teliti dalam mengontrol masalah aspek keuangan. Aspek keuangan menjadi hal yang sangat vital dalam sebuah perusahaan karena aspek ini berhubungan dengan dana, permodalan dan sejenisnya yang bersifat penggerak dari sebuah perusahaan. Seringkali suatu perusahaan kurang terkontrol dari segi keuangan, misalnya masalah laporan rugi laba, laporan sarana produksi yang kurang sesuai dan berbagai masalah lainnya yang bisa membiaskan keuangan perusahaan. Masalah-masalah tersebut tentunya harus menjadi pertimbangan ketika sebuah perusahaan baru akan didirikan ataupun ketika perusahaan berada pada masa pertumbuhan. Maka dalam hal ini kami akan mengulas berbagai hal tentang aspek keuangan dari Pembiayaan Perusahaan Pertanian petani Singkong didesa Dusun Kali. sehingga diharapkan dapat menambah pemahaman kami dalam mata kuliah Pembiyaan Perusahaan Pertanian.
Masalah selanjutnya  yang perlu diperhatikan adalah modal usaha, pembiayaan bisa di lakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan memberikan modal. Ada dua jenis modal yaitu modal sendiri dan modal asing. Modal asing adalah modal berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara di dalam perusahaan tersebut. Modal tersebut merupakan “hutang” yang pada saatnya harus dibayar kembali, sedangkan Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan “dana jangka panjang yang tidak tertentu likuiditasnya. Modal sendiri yang berasal dari sumber intern (dari dalam perusahaan) yaitu modal yang dihasilkan sendiri di dalam perusahaan dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Modal sendiri yang berasal dari sumber ekstern ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaan.
 Singkong (kaspe) pertama kali ditemukan dibagian Utara Amazon di wilayah Brazil, kemudian menyebar kesekelilingnya. Pada abad ke 16 singkong diintroduksikan ke Afrika dan ke India pada awal abad ke 19. Pada masa itu singkong menjadi makanan pokok yang penting di daerah tersebut dan di Asia tenggara.Singkong mulai dibudidayakan di Indonesia sejak abad ke-17, tetapi baru memasyarakat pada tahun 1952, terutama di pulau Jawa.
            Masyarakatnya singkong dikalangan petani karena dua hal, pertama, tanaman ini mudah sekali dibudidayakan. Bahkan di tanah yang tandus pun tanaman ini dapat memberikan hasil. Kedua, kandungan kharbohidratnya tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai bahan makanan pengganti beras terutama ketika musim peceklik. Hingga kini beberapa daerah di Indonesia masih memanfaatkan singkong sebagai makanan pokoknya.
Singkong atau singkong(Manihot Esculenta) merupakan salah satu bahan pangan alternatif yang sangat potensial untuk dikembangkan secara intensif. Singkong sudah lama dikenal diseluruh dunia yang merupakan bahan pangan yang sering dikonsumsi dan disamakan dalam tatanan pengembangan agrobisnis dan agroindustri, tanaman singkong masuk kewilayah Indonesia kurang lebih pada abad ke 18 tepatnya tahun 1852 (Rahmat:11). dan sebagai bahan baku industri maupun sebagai komoditas ekspor. Penghasilan singkong di kabupaten Gunung Kidul dengan luas lahan mencapai 48.848 ha menghasilkan panen singkong dengan tingkat produktivitas 11,9 ton/ha. Singkong memiliki potensi sebagai sumber karbohidrat yang penting bagi bahan pangan. Singkong memiliki kandungan karbohidrat sebesar 34,7 g. Adapun kandungan gizi lain dari singkong adalah energi sebesar 154 kkal, protein 1,2 g, lemak 0,3 g, mineral 1,3 g, air 62,5 g, (Lies Suprapti,2002). Selain dikonsumsi dalam bentuk segar singkong juga dipasarkan dalam bentuk olahan setengah jadi seperti gaplek sebagai bahan baku pembuatan tiwul, growol, gogik dan gatot, dan jenis gaplek pun banyak sekali contohnya gaplek glondongan, gaplek chips, gaplek slice, dan gaplek cubes.
Gaplek (Euphorbiaceae) merupakan bahan komoditi pangan yang banyak dijumpai di daerah pedesaan dengan harga relatif murah. Di Pulau Jawa daerah penghasil gaplek terbesar adalah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terutama didaerah Gunungkidul dan Bantul (Lies Suprapti, 2002).
Kelebihan dari gaplek adalah bahan lokal ini mudah diolah menjadi tepung gaplek, karena gaplek mempunyai kandungan pati yang cukup tinggi. Kelemahan dari gaplek salah satunya adalah kerusakan yang sering terjadi pada gaplek pasca panen ditandai dengan adanya perubahan dalam gaplek yang mengakibatkan warna coklat kebiruan. Untuk mengatasi kerusakan gaplek dapat dilakukan dengan cara penyimpanan gaplek kering, pembuatan gaplek, dan pembuatan tepung gaplek. HCN (asam sianida) pada gaplek akan hilang dan tidak berbahaya lagi dengan cara dicuci sampai bersih dan kemudian dikeringkan atau dijemur.
1.2     Tujuan
1.      Menganalisis cara petani mendapatkan modal untuk usahatani singkong di Desa Kali Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara.
2.      Menganalisis cara mengalokasikan modal untuk usaha Tani Kacang Tanah di Desa Kali Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara.
3.      Menganalisis keadaan keuangan Petani Kacang Tanah di Desa Desa Kali Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara.





BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIKUM

2.1  Karakteristik Petani
Petani memiliki karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut dapat berupa karakter demografis, karakter sosial serta karakter kondisi ekonomi petani itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada situasi tertentu. Karakteristik yang diamati dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, Mata Pencaharian, Batas Wilayah, Keadaan Sarana dan Prasarana, pengalaman usahatani, dan Tata Guna Lahan.
2.2  Umur
Umur responden merupakan lama responden hidup hingga penelitian dilakukan, umur produktif petani akan mempengaruhi proses adopsi suatu inovasi baru. Menurut BPS (2015), berdasarkan komposisi penduduk, umur dikelompokkan menjadi 3 yaitu umur < 47 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk Muda, kelompok penduduk umur 47 - 54 tahun sebagai kelompok umur Sedang dan kelompok umur > 54 tahun ke atas sebagai kelompok penduduk yang Tua.
2.3  Berdasarkan Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan jumlah tahun mengikuti pendidikan formal yang ditempuh petani pada bangku sekolah. Pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku dan tingkat adopsi suatu inovasi. Seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih terbuka untuk menerima dan mencoba hal-hal yang baru.
Tabel 1. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO
PENDIDIKAN
JUMLAH
1
SD
40 %
2
SMP
25 %
3
SMA
25 %
4
Perguruan Tinggi
10 %
Sumber : Data sekunder Desa  Kali tahun 2016
Data yang tertera diatas menunjukkan bahwa responden masih banyak yang belum bisa menerima inovasi karena tingkat pendidikan petani di Desa Kali masih berada pada tingkat persentase yang tinggi di tingkat  SD  yaitu 40%.
2.4  Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Desa Kali hampir 90% penduduknya adalah petani, dan 10% ada sebagai  guru dan aparat negara.
2.5  Batas Wilayah
Desa Kali bagian utara berbatasan langsung dengan Desa Gunung Selan, bagian selatan berbatasan dengan desa Karang Anyar., bagian barat berbatasan dengan desa Karang anyar Ilir dan bagian timur berbatasan dengan Desa Gunung Besar.
2.6  Keadaan Topografi
Desa Kecil adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara. Kondisi geografisnya sebagian besar berupa dataran yang berada pada ketinggian antara 10-150 mdpl sepanjang pesisir pantai bagian barat membujur dari utara ke selatan. Kondisi topografi merupakan faktor utama yang paling besar pengaruhnya terhadap kerusakan lingkungan dibandingkan dengan faktor-faktor lain.

2.7  Keadaan Sarana dan Prasarana
Desa Kali memiliki sarana dan prasarana seperti desa lain pada umumnya. Desa Kali merupakan desa yang memiliki sarana dan prasarana cukup baik, karena yang dibutuhkan semua penduduk ada didesa. Selain infrastruktur yang sudah membaik, desa ini juga memiliki SD yang menunjang pendidikan awal anak-anak petani.
Tabel 2. Keadaan Sarana Dan Prasarana
NO
Sarana dan Prasarana
Jumlah
1
Balai Desa
1
2
Masjid
3
3
SD
1
4
Jalan Aspal
1
5
Jalan Batu
1
6
Puskesmas
1
Sumber : Data sekunder Desa Dusun Kali tahun 2016

Sarana dan prasarana pada tabel telah menunjukkan bahwa Desa Kali mampu menjadi desa layak tinggal. Desa Kali memiliki berbagai macam sarana dan prasarana dalam desa antara lain sarana dan prasarana transportasi berupa jalan aspal menuju atau keluar desa ada 1 jalan aspal. Sarana dan Prasarana untuk kesehatan Desa Kali memiliki 1 puskesmas.

2.8  Keadaan Usaha Tani
Pada 2012 diketahui bahwa usahatani yang dilakukan oleh beberapa petani Desa Kali adalah usahatani Singkong, tahun 2016 merupakan tahun dimana beberapa petani usahatani Singkong berhenti melakukan kegiatan usahataninya tersebut, alasannya karena harga Singkong yang ditawarkan murah dan bibit yang tersedia tidak begitu banyak dan pendapatan petani dari usahatani Singkong dari tahun ke tahun berkurang sehingga Petani beralih ke komoditas lain.
2.9  Tata Guna Lahan
Lahan yang ada di Desa Kali banyak digunakan sebagai  sektor perkebunan dan sektor pertanian sawah, Pertanian perkebunan lebih banyak dibandingkan dengan lahan pertanian sawah. Usahatani perkebunan yang dilakukan oleh petani adalah perkebunan sawit dan perkebunan karet.









BAB III
METEDEOLOGI PRAKTIKUM

3.1  Metode Penentuan Lokasi
Lokasi praktikum ditentukan dengan metode purposive. Menurut iqbal (2002) purposive adalah suatu teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja berdasarkan atas pertimbangan–pertimbangan tertentu. Pemilihan lokasi Desa Kali dipilih dengan  pertimbangan bahwa penduduk Desa Kali sebagian bekerja di sektor pertanian di komoditas usahatani sinkong dan merupakan lokasi yang strategis untuk melakukan praktikum.
3.2  Metode Penentuan Responden
Responden yang diwawancarai adalah petani yang memiliki lahan pertanian usahatani singkong. Jumlah petani yang menjadi responden disini sebanyak 10 orang. Penentuan responden dilakukan dengan metode acak sederhana  (simple random sampling).
3.3  Metode Pengambilan Data
Data-data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui survei, yaitu wawancara terstruktur kepada responden dengan panduan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Kajian ini memerlukan dukungan data primer yang dikumpulkan melalui wawancara terstruktur kepada responden. Secara rinci data primer yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:
1.      Data karakteristik rumah tangga, meliputi: karakteristik anggota rumah tangga dan penguasaan aset pertanian.
2.      Penggunaan Lahan untuk usahatani Singkong
3.      Penggunaan dan nilai sarana produksi usahatani Singkong
4.      Penggunaan dan nilai tenaga kerja untuk usahatani Sigkong
5.      Sumber Modal yang  dibutuhkan untuk usahatani Singkong
6.      Laporan Keuangan Sederhana Usahatani Singkong
7.      Data pendukung lokasi praktikum
3.4  Metode Analsis Data
3.4.1 Metode Analisis Sumber, Struktur Modal, Aset
Dengan telah diperolehnya data dari sumber terkait mengenai data sumber, struktur modal dan aset. Lalu untuk menganalisis gambaran sumber dan struktur modal para petani Singkong di Desa Kali, Kecamatan Argamakmur, Kabupaten Bengkulu Utara dapat kami lakukan analisis secara deskriptif untuk mengambarkannya.
3.4.2 Metode Analisis Profitabilitas Dan Rentabilitas
Menurut Sigit Larsito (2005), Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Dari definisi ini terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicari adalah laba perusahaan. Adapun formula pengukurannya profitabilitas adalah sebagai berikut:
Profit Margin = Pendapatan bersih / Penjualan
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan anatara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain Rentabilitas adalah kemampuaan suatu perusahaan untuk mengahasilkan laba selama periode tertentu (Bambang Riyanto, 2001:35). Dan angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan karyawan memperoleh laba dapat diketahui dengan rumus Rasio Rentabilitas, yang mana Rasio ini juga dapat digolongkan sebagai rasio produktivitas, adapun rumusnya adalah sebagai berikut :        
Rasio Rentabilitas = Jumlah laba / Jumlah karyawan       

3.4.3  Metode Analisis Rasio Likuiditas
Menurut Munawir ( 2001) Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini penting karena kegagalan dalam membayar kewajiban dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Mengukur kemampuan dengan melihat aktiva lancar perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap utang lancar. Rumus Rasio Likuiditas adalah sebagai beriku:

3.4.4 Metode Analisis Rasio Solvabilitas

Analisis Rasio Solvabilitas merupakam kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Perusahaan dikatakan solvable apabila perusahaan mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan adalah:

1. Rasio hutang modal / Debtto Equity Ratio

Debt to equity ratio dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat resiko tak tertagihnya suatu utang. Keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan.
Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Rasio hutang modal dihitung dengan formula:

2. Total Asetsto Total Debt Ratio/ Debt Ratio

Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) Debt Ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki                                           .

Rasio ini dihitung dengan rumus:

3. Times Interest Earned

Time Interest Earned merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang jangka panjang. Time Interest Earned dapat dihitung dengan rumus:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Petani
Karakteristik petani akan mempengaruhi kemungkinan petani tersebut untuk mengembangkan usahataninya. Misalnya dalam fleksibilitas seorang petani untuk mengadopsi inovasi dan teknologi baru dalam usahataninya. Petani memiliki karakteristik yang beragam. Beberapa karaktersitik petani yang akan dibahas dalam praktikum iniseperti, umur, pendidikan, pengalaman usahatani, jumlah tanggungan keluarga, pekerjaan di luar usahatani dan penguasaan lahan. Data-data  mengenai karakteristik petani singking di Desa Kali, Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara akan disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3. Karakteristik Petani Singkong di Daerah Praktikum
NO
Karakteristik
Persen
( % )
Rata-rata
( tahun )
1
Umur

34
·          
Muda (< 31 tahun)
40

·          
·          
Sedang (31 - 37tahun )
Tua (> 37 tahun )
30
30

2
Pendidikan


·          
Formal:

11

Rendah (<10 tahun)
40


Sedang (10-14 tahun)
40


Tinggi  (>14 tahun)
20

·          
Non Formal

-


3
JumlahTanggunganKeluarga

3
·          
·          
Sedikit ( < 3 orang  )
Sedang ( 3 – 4 orang )
40
50

·          
Banyak (>4 orang )
10

4
Pekerjaandiluarusahatani
-

5
Pengalaman usahatani

10
·          
Kurang (< 7 tahun )
40

·          
·          
Sedikit(7 – 13 tahun )
Banyak ( > 13 tahun )
30
30

6
PenguasaanLahan

1,75
·          
·          
Sempit (< 1,5 Ha)
Sedang ( 1,5 – 2,25 Ha)
40
40

·          
Luas (> 2,25Ha )
20

Sumber:  Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
     4.1.1 Keadaan Umur Petani
                 Berdasarkan data tabel diatas, didapat informasi bahwa terdapat 40 % petani dengan usia < 31 tahun degan kategori muda, 30% rentang usia 31-37 tahun dengan kategori sedang, dan hanya 30% saja petani dalam rentang usia > 37 tahun yaitu kategori usia tua. Berdasarkan data tersebut, maka didapat rata-rata usia petani singkong di Desa Kali Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara yaitu 34 tahun.
                 Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata petani singkong tesebut merupakan kelompok usia produktif. Tingkat usia petani akan mempengaruhi keuksesan usahataninya. Misalnya petani dalam usia produktif akan memiliki peluang lebih besar untuk melakukan pekerjaannya dengan maksimal, sehingga mendorong kesuksesan usaha taninya. Selain itu dengan semakin matangnya umur petani maka petani tersebut juga akan semakin memiliki pengalaman lebih dan mampu mengambil keputuan yang terbaik untuk usahataninya. Sebagai contoh, usaha tani singkong ini umumnya memang bukan satu-satunya komoditi yang diusahakan oleh petani. Umumnya petani di Desa Kali Kabupaten Bengkulu Utara memiliki usaha tani utama seperti sawit ataupun karet sedangkan usahatani singkong merupakan usaha sampingannya. Kondisi tersebut dapat menjelaskan mengapa rata-rata usia responden (petani plasma singkong) tergolong masih usia produktif. Hal tersebut karena umumnya petani dalam rentang usia tersebut masih lebih terbuka dan mudah beradaptasi dengan hal-hal baru serta mau mengikuti perkembangan zaman.
4.1.2 Keadaan Pendidikan Petani
                 Berdasarkan data dari tabel diatas, didapat informasi bahwa 40 % petani singkong memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu < 10 tahun, petani dengan tingkat pendidikan sedang 40% dengan lama pendidikan 10-14 tahun, dan 20% diantaranya tergolong dalam tingkat pendidikan tinggi, yaitu dengan lama pendidikan >14 tahun. Rata-rata tingkat pendidikan penduduk Desa Kali Kabupaten Bengkulu Utara adalah 11 tahun atau setara dengan SLTA/SMA. Bahkan dua dari sepuluh responden yang ada memiliki gelar sarjana. Tingkat pendidikan yang baik akan menggambarkan tingkat adaptasi teknologi dan inovasi yang cukup kuat dari petani itu sendiri. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin seseorang memiliki pendidikan dan tingkat pengetahuan yang tinggi, maka orang tersebut akan semakin terbuka dengan berbagai perubahan yang membawa ke arah positif, atau dengan kata lain akan lebih mudah menerima inovasi dan mudah beradaptasi. Begitu pula halnya dengan petani plasma singkong. Sejalan dengan teori tersebut, fakta yang didapat di lapangan membuktukan bahwa dengan semakin tingginya tingkat pendidikan petani, maka peluang seorang petani untuk mau bekerja sama dengan perusahaan sebagai mitra petani plasma singkong, akan semakin besar pula.  Dengan demikian, tingkat pendidikan yang tinggi juga dapat memperbesar kemungkinan seorang petani menjadi lebih sukses dalam menjalankan usaha taninya.
     4.1.3 Keadaan Pengalaman Usahatani
Selain tingkat pendidikan, pengalaman usahatani juga merupakan parameter yang tidak kalah penting dalam menentukan kesuksesan seorang petani dalam mengelola usahataninya. Pengalaman usahatani para petani singkong di Desa Kali dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kategori pengalaman usahatani yang kurang, cukup, dan banyak. Berdasarkan tabel di atas terdapat 40% petani dengan pengalaman  usahatani <7 tahun (kategori kurang), 30% petani dengan pengalaman 7-13 tahun (kategori sedang), dan 30% petani dengan pengalaman >13 tahun (kategori banyak). Selanjutnya rata-rata pengalaman usahatani yang didapat adalah  10 tahun.
Rentang waktu 10 tahun merupakan waktu yang cukup lama dan memungkinkan seorang petani telah mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran dalam menjalankan usahataninya. Pengalaman usaha tani juga sangat mempengaruhi apakah seorang petani bersedia untuk menambah jenis komodoti yang diusahakannya dan juga menjadi mitra usaha petani plasma sebuah perusahaan. Dengan semikin lamanya pengalaman usaha tani, maka seorang petani akan lebih memahami dengan baik hal-hal apa saja yang bisa ia lakukan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih atas usaha taninya (misalnya; menentukan jenis komoditi yang ditanam, prediksi harga komoditi pertanian, dll), selain itu petani tersebut juga akan menjadi lebih peka terhadap hal-hal apa saja yang harus dihindari supaya usahataninya tidak mengalami kerugian. Berdasarkan konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan semakin lamanya pengalaman usahatani maka, si petani akan semakin terbuka terhadap tawaran bermitra sebagai petani plasma pada perusahaan pengolahan singkong ini. Hal tersebut disebabkan karena petani cenderung akan mencoba hal-hal baru yang kemungkinan dapat memberikan keuntungan lebih terhadap usaha taninya.
    4.1.4 Keadaan Tanggungan Keluarga Petani
Jumlah tanggungan keluarga juga dapat mempengauhi kinerja tau produktivitas seorang petani. Berdasarkan tabel diatas, dapat kita lihat bahwa terdapat 40% petani dngan jumlah tanggungan keluarga yang tergolong sedikit yaitu < 3 orang. Sementara, terdapat 50% petani dengan jumlah tanggungan keluarga kategori sedang, yaitu 3-4 orang. Untuk petani dengan tanggungan keluarga banyak atau >4 orang, hanya terdapat 10% nya saja. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga rumah tangga petani adalah 3 orang dalam satu keluarga. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin besar pula kemungkin seorang petani untuk mendiversifikasikan pola nafkahnya, misalnya melalui usaha tani sampingan sebagai petani plasma singkong. Atau dalam kondisi lainnya, semakin banyaknya jumlah tanggungan keluarga, maka kecenderungan seorang petani akan mencari alternatif terbaik bagaimana caranya untuk mendapatkan pendapatan yang semaksimal mungkin dengan mengeluarkan modal yang seminim mungkin, dan salah satu caranya adalah menjadi mitra petani plasma pada perusahaan pengolahan singkong ini.
4.1.5 Keadaan Pekerjaan Di Luar Usahatani
          Petani-petani singkong di Desa Kali, Kecamatan Arga Makmur Bengkulu Utara umumnya memiliki pekerjaan utama sebagai petani. Selain menekuni usahatani singkong, para petani ini umumnya juga mempunyai usahatani yang lain, seprti usahatani karet dan sawit. Disamping bekerja menjalankan usahataninya, pada musim-musim terntentu, ada juga petani yang menjalankan pekerjaan sampingan sebagai buruh tani. Terlepas dari itu pekerjaan di bidang pertanian tetap merupakan profesi dan keterampilan utama yang dimiliki para petani singkong di desa ini.
4.1.6 Keadaan Penguasaan Lahan Pertanian
            Penerimaan yang didapat oleh petani sangat dipengaruhi seberapa luas lahan yang digarapnya. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan praktikum di dapat data pengusaan lahan pertanian seperti pada tabel di atas. Dapat diketahui bahwa penguasaan lahan pertanian petani di Desa Kali ini dapat digolongkan menjadi tiga kategori yaitu kategori sempit, sedang, dan luas. Terdapat 40 % petani dengan luas lahan sempit yaitu  <1,5 Ha, 40 % petani dengan luas lahan kategori sedang yaitu 1,5-2,25 Ha, dan 20% petani dengan luas lahan kategori luas yaitu >2,25 Ha.  Rata-rata penguasaan lahan pertaniannya adalah 1,75 Ha.
            Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan bahwa, pada umumnya mitra petani plasma perusahaan memiliki luas lahan yang cukup luas, yaitu rata-rata lebih dari 1 ha. Hal tersebut dikarenakan, perusahaan mencari petani plasma yang dapat menjadi pemasok utama bahan baku singkong untuk usahanya. Mengingat produksi harian yang dilakukan oleh perusahaan tersebut terbilang dalam kuantitas yang cukup besar, maka dari itu luas lahan yang digarap oleh petani plasma menjadi pertimbangan yang cukup penting. Semakin luas lahan yang digunakan untuk menanam singkong, maka akan semakin besar pula produksi singkong yang dihasilkan, dengan demikian akan ketersediaan akan bahan baku singkong bagi perusahaan juga semakin terjamin.

4.2 Penggunaan Lahan untuk Usahatani Singkong
Lahan dapat didefinisikan sebagai wilayah dipermukaan bumi, yang mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oloeh aktivitas manusia dimasa lalu dan sekarang yang semuanya berpengaruh terhadap penggunan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan dimasa mendatang. Data penggunaan lahan untuk usahatani singkong di Desa Kali, Kecamatan Arga Makmur, Bengkulu Utara dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Penggunaan Lahan untuk Usahatani Singkong

Luas Lahan
Status Kepemilikan
Rata- rata
1,75
Milik sendiri
Sumber:  Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Berdasarka tabel penggunaan lahan untuk usahatani singkong di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata luas lahan yang digunakan untuk usahatani singkong yaitu 1,75 Ha. Umumnya status kepemilikan lahan tersebut adalah milik sendiri. Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat bahwa para petani singkong di Desa Kali ini sudah tergolong maju karena sudah mampu memiliki dan mengolah sendiri lahan pertaniannya yang luas untuk satu komoditi, yaitu singkong. Belum lagi ditambah dengan lahan lain yang digarap untuk komoditi lain pula, otomotis pendapatan yang didapat dari usahatani akan semakin tinggi lagi.


4.3 Kebtuhan Modal untuk Usahatani Singkong
4.3.1 Modal untuk Sarana Produksi Usahatani Singkong
A. Penggunaan dan Nilai Bibit
Berdasarakan hasil wawancara dan observasi lapangan yang dilakukan selama praktikum, ditemukan fakta lapangan bahwa budidaya singkong, khususnya untuk varietas singkong racun ini, tergolong sangatlah mudah dan sederhana. Dalam proses pembudidayaanya jenis singkong ini tidak membutuhkan penanganan khusus dan tidak rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Oleh karena itu, petani tidak perlu mengeluarkan modal lebih untuk membeli pupuk dan pestisida. Salah satu input produksi yang paling penting dalam pembudidayaan singkong racun ini, ialah bibit. Bibit singkong racun didapa petani dari perusahaan pengolahan ubi kayu yang menjadi mitra kerja samanya.  Berikut disajikan data mengenai pengguanaan dan nilai bibit.
Tabel 5. Penggunaan Bibit

Bibit (Batang)
Harga (Rp/ Kg)
Jumlah
Biaya (Rp/UT)
Biaya (Rp/Ha)
 Rata-rata
56.3
240
3.960.000
457.433
Sumber:  Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Karena sumber bibit berasal dari sumber yang sama, yaitu dari PT Casagro Inti Perkasa, degan pembagian bibit yang sama banyaknya tergantung dari luas lahan, maka banyak bibit yang digunakan oleh petani sudah memiliki standarisasi kuantitas tersendiri. Begitu pula dengan kualitas bibit yang digunakan oleh para petani sama baiknya. Jumlah bibit yang digunakan petani dalam satu kali proses UT yaitu sebanyak 10000 bibit per 1 hektar lahan dengan harga Rp. 240 per batang. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk usahatani singkong dalam 1 kali musim yaitu Rp 457.433,-/Ha.



4.3.2Kebutuhan Modal untuk Tenaga Kerja Usahatani Singkong
            A. Penggunaan  dan Nilai Tenaga Kerja Keluarga
Yang dimaksud dengan tenaga kerja keluarga adalah tenaga kerja yang merupakan anggota keluarga dalam suatu rumah tangga. Biasanya biaya tenaga kerja dalam keluarga sering diabaikan nilai ekonomisnya oleh petani. Maka dari itu perlu dilakukan perhitungan terhadap tenaga kerja dalam keluarga.

Tabel 6.PenggunaandanNilaiTenagaKerjaKeluarga untukUsahataniSingkong


Total Biaya HOK / UT (Rp)
Rata – rata
Rp 514.000,-
Sumber:  Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Berdasarkantabeldiatasdapat dilihat bahwatenagakerja dari dalam keluarga juga dibutuhkan dalam proses produksi.Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja dalam keluargapada usahatani singkong yaitu sebesar Rp 514.000,-.
B. Penggunaan dan Nilai Tenaga Kerja Luar Keluarga
                 Tenaga kerja luar keluarga merupakan tenaga kerja yang berasal dari luar anggota keluarga rumah tangga petani. Tenaga kerja luar keluarga umumnya dihargai dengan upah harian atau ada juga tenaga kerja luar keluarga yang didapatkan dengan sistem gotong royong. Berikut adalah data penggunaan dan nilai tenaga kerja luar keluarga yang didapat dari petani singkong di daerah praktikum.
Tabel 7.PenggunaandanNilaiTenagaKerja LuarKeluarga untukUsahataniSingkong


Total Biaya HOK / UT (Rp)
Rata – rata
Rp 1.239.750,-
Sumber:  Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
C. Total Nilai Tenaga Kerja
Berhasil atau tidaknya suatu proses produksi sangat bergantung dengan setiap faktor pendukungnya. Salah satu faktor terpenting yang menunjang berlangsungnya proses produksi yaitu adalah tersedianya tenaga kerja. Tenaga kerja dengan kuantitas yang proporsional dan kualitas yang kinerja yang baik, tentu akan menghasilkan hasil produksi yang maksimal. Begitu pula yang terjadi pada proses produksi usahatani singkong di Desa Kali, Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara yang membutuhkan tenaga kerja dalam setiap tahapan produksinya. Tenaga kerja yang digunakan yaitu baik tenaga kerja wanita maupun tenaga kerja pria, juga tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga. Berikut adalah data total nilai tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani singkong.

Tabel 8.TotalNilaiTenagaKerja


Total Biaya HOK / UT (Rp)
Rata – rata
Rp 8.768.750 ,-
Sumber:  Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
       Nilai biaya yang harus dikeluarkan oleh petani singkong dalam satu kali musim tanam cukup besar. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga, umumnya lebih besar dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan untuk tenaga kerja dalam keluarga. Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa total nilai tenaga kerja baik dari dalam keluarga maupun luar keluarga memiliki nilai rata-rata sebesar Rp 8.768.750 ,-.
4.3.3 Kebutuhan Modal untuk Aktiva Usahatani Singkong
                           Terdapat beberapa jenis modal yang dibutuhkan sebagai aktiva dalam usahatani singkong. Beberapa jenis modal tersebut antara lain seperti, lahan, biaya pengolahan lahan, penanaman, dan pemanenan. Berikt ini akan dijabarkan apa saja kebutuhan modal untuk usahatani singkong di Desa Kali, Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara.
A.    Kebutuhan Modal Lahan untuk Aktiva
            Pengertian lahan adalah lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnya terhadap kehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisik berupa relief atau topografi, iklim, tanah dan air, sedangkan lingkungan biotik adalah manusia, hewan, dan tumbuhan. Lahan merupakan salah satu jenis modal dalam usahatani
Tabel 9.Tabel Kebutuhan Modal Lahan untuk Aktiva


Total Biaya (Rp)
Rata – rata
Rp 24.500.000,-
Sumber:  Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Lahan sangat dibutuhkan dalam setiap kegiatan usahatani, begitu pula dengan usaha tani singkong. Lahan dengan tingkat kesuburan yang baik dan luas lahan yang luas akan memberikan hasil produksi yang maksimal dalam usahatani singkong. Rata-rata modal yang dikeluarkan petani singkong untuk lahan usahataninya adalah Rp 24.500.000,-.

B.     Kebutuhan Modal Tahap Pengolahan Lahan untuk Aktiva
Pengolahan lahan merupakan tahap awal pada budidaya tanaman singkong. Salah satu tahap dalam pengolahan lahan yaitu pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan dilembekkan dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin pertanian (traktor).
Tabel 10.Tabel Kebutuhan Modal Tahap Pengolahan Lahan untuk Aktiva


Total Biaya (Rp)/UT
Rata – rata
Rp 565.000,-
Sumber:  Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Pada tahap pengolahan lahan ini digunakan beberapa jenis sumberdaya seperti tenaga kerja, dan berbagai sarana produksi pertanian yang dibutuhkan. Berdasarkan data dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata biaya yang harus dikeluarkan oleh petani singkong dalam tahap pengolahan lahan sebesar Rp 565.000,-/UT.
C.    Kebutuhan Modal Tahap Penanaman untuk Aktiva
Penanaman adalah kegiatan menanam bibit pada media tanah untuk pertumbuhan dan perkembangan tanama tersebut selanjutnya. Dalam tahap penanaman singkong, petani juga harus mengeluarkan sejumlah biaya tertentu, misalnya untuk biaya bibit dan dan upah tenaga kerja luar keluarga. Berikut adalah kebutuhan modal pada tahap penanaman dalam usahatani singkong.




Tabel 11.Tabel Kebutuhan Modal Tahap Penanaman untuk Aktiva


Total Biaya (Rp)/UT
Rata – rata
Rp 617.250,-
Sumber:  Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Berdasarkan data tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata biaya yang harus dikeluarkan oleh petani cukup tinggi yaitu Rp 617.250,-. Biaya penanaman yang cukup tinggi ini bisa disebabkan karena umumnya lahan yang diusahakan para petani untuk menanam singkong cukup luas, sehingga membutuhkan modal yang lebih besar pula dalam tahapan produksinya.
D.    Kebutuhan Modal Tahap Pemanenan untuk Aktiva
Tahap pemanenan merupakan saat yang paling ditunggu-tunggu oleh petani. Dalam tahap pemanenan inilah petani dapat mengetahui seberapa besar hasil produksi yang dihasilkan dari usahataninya. Selanjutnya hasil produksi tersebut juga akan memberikan gambaran mengenai seberapa besar penerimaan dan pendapatan yang akan didapatkan oleh petani tersebut. Berikut adalah kebutuhan modal untuk tahap pemanenan pada usahatani singkong.
Tabel 12.Tabel Kebutuhan Modal Tahap Penanaman untuk Aktiva


Total Biaya (Rp)/UT
Rata – rata
Rp 571.500,-
Sumber:  Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa petani singkong di Desa Kali, Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara, rata-rata harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 571.500,- pada tahap panen. Biaya tersebut akan digunakan untuk membayar upah tenaga kerja dan berbagai sarana produksi yang digunakan dalam tahap pemanenan singkong.

4.4 Total Modal yang Dibutuhkan untuk Usahatani Singkong
Modal usaha merupakan uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan. Modal yang dimaksud  dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan usahatani. Berikut adalah modal yang dibutuhkan dalam usahatani singkong.
Tabel 13. Total Modal yang Dibutuhkan
Lahan
24.500.000
Pengolahan Lahan
565.000
Penanaman
  617.250
Panen
571.500
Sub Total
1.753.750
Biaya Tak Terduga (10%)
175.375
Total
31.929.125
Sumber:  Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Dari tabeldiatasbahwadapatdiketahuipengeluaranpetanipada usahatanisingkong, rata-rata dari nilai modal yang dibutuhkan yaitu Rp. 31.929.125,-/UT.Pengeluaraninitermasuk cukup besar. Hal tersebut dikarenakan biaya-biaya sarana produksi dan tenaga kerja yang semakin tinggi, sedangkan kenaikan harga tersebut tidak diiringi dengan peningkatan pendapatan petani. Tentu kondisi ini cukup memberatkan petani singkong dalam menjalankan usahanya.

4.5 Sumber Modal yang  dibutuhkan untuk Usahatani Singkong
Dalam menjalankan usahatani terdapat beberapa sumber modal yang dapat digunakan oleh petani. Modal yang digunakan dalam usahatani singkong ini umumnya berasal dari dua sumber yaitu modal dari perusahaan dan modal sendiri. Petani mendapatkan modal dari PT Casagro Inti Perkasa berupa bibit singkong, karena telah ada ikatan kontrak antara perusahaan dengan petani, dimana para petani singkong menjadi petani plasma dari perusahaan tersebut. Selain itu petani juga menggunakan modal sendiri untuk memenuhi kebutuhan usaha tani lainnya. Modal sendiri adalah modal yang diperleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, saudara, dan lain sebagainya.


Tabel 14.Jumlah Modal Sendiri dan Asalnya
Nama Responden
Jenis Investasi
Asal Investasi
Alat
Lahan
Alat
Lahan
Rata-rata
5
1,75
Beli
Beli
Sumber:  Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa investasi  rata-rata yang digunakan untuk alat adalah 5 dengan rata-rata lahan sebesar 1,75. Baik alat maupun lahan yang  digunakan petani semua dibeli dengan modal sendiri.
4.6  Laporan Keuangan Sederhana Usahatani Singkong
4.6.1   Laporan Rugi Laba Sederhana
Laporan laba/rugi adalah laporan yang memuat tentang selisih pendapatan usahatani singkong setelah dikurangi dengan biaya-biaya atau beban dalam proses produksi. Laporan laba/rugi dapat digunakan untuk mengambil kebijakan atau sebagai dasar ukuran seperti untuk mengukur tingkat pengembalian investasi atau laba per saham usahatani.
LAPORAN LABA RUGI PETANI SINGKONG DI DESA KAMPUNG MELAYU
NOVEMBER 2016 s/d OKTOBER 2016
Penjualan
Rp 4.012.160,20
Harga Pokok Penjualan
Rp5.887.839,80
Laba kotor      
-Rp 5.887.839,80
Biaya Operasional

1. Upah Angkut  singkong
Rp 200.000,-
2. Transportasi
Rp500.000,-
Total Biaya Operasional
Rp 7.000.000,-
Laba Operasi bersih atau laba sebelum bunga dan pajak        
Rp 9.900.000,00,-
Penyusutan     
Rp. 174.089,-
Laba Operasi Bersih

Pendapatan lain-lain   
Rp750.000,-
Total Laba Operasi Bersih
Rp10.475.911,-
Pajak
Rp 250.000,-
Laba Setelah Pajak
Rp10.225.911,-
4.6.2   Neraca Keuangan
Neraca keuangan digunakan untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan atau usaha dalam suatu periode tertentu. Neraca merupakan bagian dari laporan keuangan yang dibuat setahun sekali. Neraca sangat diperlukan untuk mengetahui nilai perusahaan setelah menjalankan berbagai aktivitas yang berhubungan dengan keuangan. Jadi, nilai suatu perusahaan bisa bertambah atau berkurang setelah adanya berbagai macam transaksi.
NERACA KEUANGAN PETANISINGKONG
DI DESA KAMPUNG MELAYUPER MUSIM TANAM 2016
Aktiva
Utang dan Modal
Kas
Rp 9.900.000,-

Modal usaha
Rp5.887.839,-

Piutang
-
Hutang Lancar
Rp 2.550.000,-
Persediaan Barang
Rp 5.713.750,-



Total Aktiva Lancar
Rp 15.613.750,-


Lahan dan Peralatan
Rp 24.674.090


Total Aktiva
Rp40.287.840,-

Rp5.887.839,-
4.6.3 Kinerja Keuangan
a. Keadaan Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya. Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang memiliki likuiditas sehat paling tidak memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan rasio kas (kas terhadap kewajiban lancar).Rasio likuiditas antara lain terdiri dari: Current Ratio : adalah membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Quick Ratio: adalah membandingkan antara (total aktiva lancar - inventory) dengan kewajiban lancar.
Rasio  likuiditas  terdiri dari :
1.      Current Ratio
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.
Rumus  :
Current ratio = (Aktiva Lancar / hutang lancar) 
CR = (15.613.750/ 2.550.000)
= 6,12
Kesimpulan: setiap Rp.1 utang lancer dijamin oleh 6,12 harta lancar atau perbandingannya antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 6,12 : 1
2.      Acid test ratio (Ratio Immediate Solvency)
Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid.
Rumus :
Quick Ratio = ((Aktiva Lancar – Persediaan) / Hutang lancar))
QR = ((15.613.750 - 5.713.750) / 2.550.000))
= 3,88
Kesimpulan: rata-rata industry tingkat liquidnya / quick ratio adalah 0,5 kali sedangkan pada usahatani singkong ini 3,88 maka keadaanya sangat baik karena perusahaan dapat membayar hutang walaupun sudah dikurangi persediaan.
b.      Keadaan Solvabilitas
Solvabilitas adalahkemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya. Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya. Hal ini sesungguhnya jarang terjadi kecuali perusahaan mengalami ke pailitan. Kemampuan operasi perusahaan dicerminkan dari aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan. 
Berdasarkaninformasidan data yang dihimpun selama kegiatan praktikum petanisingkong di DesaKali, Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara,bahwausahataninyasedangmengalamikondisikeuangan yang kurangstabil. Di manahasilpenjualansingkong mnenghasilkanpendapatan yang cukuprendahdaribiayaproduksi,salah satu faktornya yaitu disebabkan harga singkong yang sedang turun drastis, sehingga petanitidak bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal, karena pendapatan yang sedikit harus dialokasikan untuk banyak biaya yang dikeluarkan.
1.      Total debt to equity ratio (Rasio hutang terhadap Equitas)
Merupakan Perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya .
Rumus:
Total Debt to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas Pemegang Saham) x 100%
 = (2.550.000/ 5.887.839) x 100%             
= 0,43 = 43%
Kesimpulan:  perusahaan dibiayai oleh utang 100% menunjukan kreditor menyediakan Rp 43,- untuk setiap Rp 100
2.      Total debt to asset ratio (Rasio Hutang terhadap Harta)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
Rumus:
 Asset  Ratio = (Total Hutang / Total aktiva) x 100%
= (2.550.000/ 40.287.840) x 100%
= 0,06 = 6%
Kesimpulan: pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya bahwa setiap Rp.100,- pendanaan perusahaan Rp.6,- dibiayai dengan utang dan Rp.94 disediakan oleh pemegang saham.
c.       Rentabilititas (Profitabilitas) Perusahaan
Rasio Rentabilitas betujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Berdasarkan keterangan yang kami peroleh dari wawancara bahawa usahatani mendapatkan laba usaha yang cukup tinggi, hal tersebut dapat dilihatdaripendapatan yang diperoleh petanilebihbesardariseluruhbiayaproduksi yang dikeluarkan.
1.      Gross Provit Marginal (Margin Laba Kotor)
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Rumus :
GPM = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%
= (5.887.839,80/ 4.012.160,20) 100%
= 1,46 x 100%
Kesimpulan: kemampuan perusahaan dalam menghasilkan menghasilkan laba kotor dari pejualan bersih adalah sebesar  1,46
2.      Net Profit Marginal (Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
Rumus:
NPM = (Laba setelah pajak / Total Aktiva) x 100%
= (10.225.911/ 40.287.840) 100%
          = 0,25 = 25%
Kesimpulan: kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan bersih adalah sebesar 25%
3.      Operating Profit Margin
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka semakin baik.
RUMUS:
OPM = (Laba usaha / Penjualan Bersih) x 100%
= (10.475.911/ 4.012.160,20) x 100%
   = 2,6 = 26%
Kesimpulan: Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan, sehingga ratio ini rendah menunjukan keadaan yang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga rendah, dan yang tersedia untuk laba besar.
4.      Return of Asset
adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis.
RUMUS:
ROA = (Laba bersih setelah pajak / total aktiva) x 100%
= (10.225.911/ 40.287.840) x 100%
         = 0,25 = 25%
Kesimpulan: laba bersih yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan untuk  menghasilkan keuntungan adalah sebesar 25%.
5.      Return of Equity
Adalah Tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap satuan mata uang yang menjadi modal perusahaan. Dalam pengertian ini, seberapa besar perusahaan memberikan imbal hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang diinvestasikan investor ke perusahaan tersebut.
RUMUS:
ROE = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Pemegang Saham) x 100%
 = (10.225.911/ 5.887.839) x 100%
=  1,73 = 173%
6.      Rasio Perputaran Piutang
Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan oleh penjualan barang-barang secara kredit dan hasil dari penjualan secara kredit netto dibagi dengan piutang rata-rata merupakan perputaran piutang.
RUMUS:
Perputaran Piutang = (Penjualan / piutang usaha)
Kesimpulan: karena tidak ada piutang dalam usahatani singkong, maka analisis ini tidak perlu untuk dilakukan.

4.7 Data Pendukung
4.7.1 Keadaan Sosial Ekonomi
            Keadaan sosial ekonomi merupakan suatu kondisi yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan petani. Kehidupan masyarakat desa yang masih memegang teguh kebudayaan, nilai-nilai dan norma-norma sosial yang masih sangat kuat menyebabkan, sebagai seoang petani yang produktif bekerja, petani tersebut juga harus menjalankan perannya sebagai anggota masyarkat yang baik. Kegiatan berinteraksi sebagai sesama masyarakat desa dan juga sesama petani,  selain dilakukan dengan interaksi sehari-hari, tetapi juga melalui beberapa kegiatan kelompok, seperti kelompok tani, kelompok arisan, kelompok kerja bakti, dll. Berbagai kegiatan sosial tersebut akan semakin mempererat silaturahmi antar warga masyarakat di Desa Kali, Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara. Khususnya, bagi warga masyarakat yang sama-sama petani, silaturahmi yang baik antar sesama petani juga akan memberikan usaha dalam usahatani, misalnya melalui gotong royong saat masa pengolahan lahan atau panen.
            Selain kehidupan sosial, kehidupan ekonomi juga merupakan aspek yang tidak kalah penting. Dalam kehidupan ekonominya sehari, selain bekerja menajalankan usahtaninya, para petani di Desa Kali ini, khususnya petani singkong juga memiliki pekerjaan sampingan yaitu sebagai buruh tani.
4.7.2. Keadaan Lembaga Keuangan
            Lembaga keuangan adalah suatu badan yang bergerak dibidang keuangan untuk menyediakan jasa bagi nasabah atau masyarakat. Lembaga Keangan memiliki fungsi utama ialah sebagai lembaga yang dapat menghimpun dana nasabah atau masyarakat ataupun sebagai lembaga yang menyalurkan dana pinjaman untuk nasabah atau masyarakat.Di Desa Kali, Kecamatan Arga Makmur, Bengkulu Utara ini terdapat beberapa jenis lembaga keungan. Baik berupak lembaga keuangan bank, maupun lembaga keuangan non bank.
            Walaupun terdapat berbagai jenis lembaga keuangan, tetapi bagi petani singkong sendiri, pada umumnya mereka lebih memilih menggunakan modal pribadi dibandingkan modal pinjaman dari lemabaga keuangan. Berdasarkan hasil observasi di lapangan terdapat beberapa alasan mengapa petani singkong lebih memilih menggunakan modal sendiri, dibandingkan modal dari lembaga keuangan seperti bank, ataupun rentenir. Alasan tersebut karena kesulitan resiko yang ditanggung akan lebih besar apabila menggunakan modal pinjaman dari lembaga keuangan. Misalnya apabila meminjam di bank harus berurusan dengan proses administrasi yang panjang dan butuh waktu pencairan modal yang lama. Sedangkan apabila meminjam dari lembaga keuangan non bank, seperti rentenir tentu bunga hutang  yang besar dan masa pengembalian yang singkat akan sangat memberatkan para petani.










BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.                  Sumber pembiayaan yang digunakan oleh petani plasma singkong untuk berusaha tani, umumnya berasal dari dua sumber yaitu, dari PTCasagro Inti Perkasa selaku mitra usahanya dan ditambah modal sendiri.
2.                  Modal yang digunakan dalam usahatani singkong ini dialokasikan kepada modal tetap dan  modal lancar. Modal tetap yaitu modal yang tidak bisa di ubah dalam jangka pendek, seperti Lahan, dan alat-alat pertanian. Sedangkan modal lancar adalah modal yang bisa diubah dalam jangka pendek seperti bibit dan tenaga kerja. Modal lancar dialokasikan ke bibit yaitu rata – rata modal yang dikeluarkan untuk bibit sebesar Rp 3.960.000,-/UT, dan tenaga kerja rata – rata modal yang dikeluarkan untuk tenaga kerja sebesar Rp 8.768.750,-/UT.
3.                  Keadaan keuangan petanisingkong di Desa Kali, Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu dapat dianalisis dengan laporan keuangan sederhana yang mencakup laporan laba rugi, neraca keuangan, dan analisis kinerja keuangan (untuk mengetahui keadaan likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas) usaha tani singkong tersebut.











DAFTAR PUSTAKA

 Agnes, Sawir. 2008. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Arus Akbar Silondae, Wirawan B. Ilyas. 2011. Pokok-Pokok Hukum Bisnis. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Bambang, Riyanto, 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Bosawer F.E. (2010). Karakteristik Ubi Kayu (Manihotesculenta) Asal istrik Masni Kabupaten Manokwari. Fakultas Pertanian Dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua Manokwari.
Hasan, M. Iqbal (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya.
Ghalia Indonesia.
Hendy. (2007). Bertanam Singkong (Manihot esculenta Crantz)Sebagai Panga Pokok Alternatif. Fakultas Teknologi Pertanian IntitutPertanianBogor: Skripsi diterbitkan.
Khasanah. (2009).Singkong. [Online]
Tersedia
3 Juli 2014].
Larsito, Sigit. 2005. Analisis Keuntungan Usaha Tani Tembakau Rakyat dan Efisiensi Ekonomi Relatif Menurut Skala Luas Garapan (Studi Kasus di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal). Universitas Diponegoro.
Munawir, 2001. Akuntansi Keuangan dan Manajmen, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Roja,A. (2009).singkong dan Pengolahan Singkong. Sumatra Barat: MakalahPelatihan Spesifik Lokalita BPTP.
Susilawati, Nurdjanah. S, dan Putri, S. (2008). “Karakteristik Ubi Kayu (Manihot esculenta) Berdasarkan Lokasi Penanaman Dan Umur PanenBerbeda”.Jurnal eknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2.

No comments:

Post a Comment

Sinar

Saat malam diterangi sinar bulan Aku berusaha menutup mataku Namun yang terlintas adalah bayanganmu Senyummu yang indah mengalahkan sina...