BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut Prof. Mr. W.L.P.A.
Molengraff, pengertian perusahaan dari sudut pandang ekonomi adalah keseluruhan perbuatan yang
dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar untuk mendapatkan penghasilan
dengan cara memperniagakan barang-barang, menyerahkan barang-barang, atau
mengadakan perjanjian-perjanjian persediaan.
Menurut Mr. M. Polak, perusahaan ada apabila diperlukan adanya perhitungan-perhitungan tentang laba
rugi yang dapat diperkirakan dan segala sesuatu itu dicatat dari pembukuan
Dari
penjelasan kedua para ahli dapat di simpulkan bahwa perusahaan (business)
adalah suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti bahan baku dan
tenaga kerja di proses untuk menghasilkan barang atau jasa atau output bagi pelanggan.
Tujuan dari perusahaan adalah laba/keuntungan. Laba (profit) adalah selisih
antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang
dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumberdaya alam dalam
menghasilkan barang atau jasa tersebut.
Pembiayaan perusahaan pada umumnya membahas tentang
biaya-biaya pada suatu perusahaan, mulai dari modal, penerimaan, pengeluaran, pendapatan serta perhitungan rugi
– laba suatu perusahaan
tersebut. pembiayaan pada suatu perusahaan menjadi suatu problem yang sangat
penting untuk dikaji ulang, karena pembiayaan pada suatu perusahaan sangat
berpengaruh pada kemajuan suatu perusahaan tersebut.
Suatu
masalah yang dihadapi oleh sebuah perusahaan tidak hanya terfokus pada hal-hal
yang bisa dinilai secara kasat mata seperti masalah dari segi produksi,
pengelolaan, sumber daya manusia di lapangan, perusahaan juga harus fokus dan
teliti dalam mengontrol masalah aspek keuangan. Aspek keuangan menjadi hal yang
sangat vital dalam sebuah perusahaan karena aspek ini berhubungan dengan dana,
permodalan dan sejenisnya yang bersifat penggerak dari sebuah perusahaan. Seringkali
suatu perusahaan kurang terkontrol dari segi keuangan, misalnya masalah laporan
rugi laba, laporan sarana produksi yang kurang sesuai dan berbagai masalah
lainnya yang bisa membiaskan keuangan perusahaan. Masalah-masalah tersebut
tentunya harus menjadi pertimbangan ketika sebuah perusahaan baru akan
didirikan ataupun ketika perusahaan berada pada masa pertumbuhan. Maka dalam
hal ini kami akan mengulas berbagai hal tentang aspek keuangan dari Pembiayaan Perusahaan Pertanian petani Singkong didesa Dusun Kali. sehingga diharapkan
dapat menambah pemahaman kami dalam mata kuliah Pembiyaan Perusahaan Pertanian.
Masalah selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah modal usaha,
pembiayaan bisa di lakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan memberikan
modal. Ada dua jenis modal yaitu modal sendiri dan modal asing. Modal asing adalah modal berasal dari
luar perusahaan yang sifatnya sementara di dalam perusahaan tersebut. Modal
tersebut merupakan “hutang” yang pada saatnya harus dibayar kembali, sedangkan Modal
sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di
dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu modal
sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan “dana jangka panjang yang
tidak tertentu likuiditasnya. Modal sendiri yang berasal dari sumber intern
(dari dalam perusahaan) yaitu modal yang dihasilkan sendiri di dalam perusahaan
dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Modal sendiri yang berasal
dari sumber ekstern ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaan.
Singkong (kaspe) pertama kali ditemukan
dibagian Utara Amazon di wilayah Brazil, kemudian menyebar kesekelilingnya.
Pada abad ke 16 singkong diintroduksikan ke Afrika dan ke India pada awal abad
ke 19. Pada masa itu singkong menjadi makanan pokok yang penting di daerah
tersebut dan di Asia tenggara.Singkong mulai dibudidayakan di Indonesia sejak
abad ke-17, tetapi baru memasyarakat pada tahun 1952, terutama di pulau Jawa.
Masyarakatnya
singkong dikalangan petani karena dua hal, pertama, tanaman ini mudah sekali
dibudidayakan. Bahkan di tanah yang tandus pun tanaman ini dapat memberikan
hasil. Kedua, kandungan kharbohidratnya tinggi, sehingga dapat digunakan
sebagai bahan makanan pengganti beras terutama ketika musim peceklik. Hingga
kini beberapa daerah di Indonesia masih memanfaatkan singkong sebagai makanan
pokoknya.
Singkong atau singkong(Manihot
Esculenta) merupakan salah satu bahan pangan alternatif yang sangat
potensial untuk dikembangkan secara intensif. Singkong sudah lama dikenal
diseluruh dunia yang merupakan bahan pangan yang sering dikonsumsi dan
disamakan dalam tatanan pengembangan agrobisnis dan agroindustri, tanaman
singkong masuk kewilayah Indonesia kurang lebih pada abad ke 18 tepatnya tahun
1852 (Rahmat:11). dan sebagai bahan baku industri maupun sebagai komoditas
ekspor. Penghasilan singkong di kabupaten Gunung Kidul dengan luas lahan
mencapai 48.848 ha menghasilkan panen singkong dengan tingkat produktivitas
11,9 ton/ha. Singkong memiliki potensi sebagai sumber karbohidrat yang penting
bagi bahan pangan. Singkong memiliki kandungan karbohidrat sebesar 34,7 g.
Adapun kandungan gizi lain dari singkong adalah energi sebesar 154 kkal,
protein 1,2 g, lemak 0,3 g, mineral 1,3 g, air 62,5 g, (Lies Suprapti,2002).
Selain dikonsumsi dalam bentuk segar singkong juga dipasarkan dalam bentuk
olahan setengah jadi seperti gaplek sebagai bahan baku pembuatan tiwul, growol,
gogik dan gatot, dan jenis gaplek pun banyak sekali contohnya gaplek
glondongan, gaplek chips, gaplek slice, dan gaplek cubes.
Gaplek (Euphorbiaceae) merupakan
bahan komoditi pangan yang banyak dijumpai di daerah pedesaan dengan harga
relatif murah. Di Pulau Jawa daerah penghasil gaplek terbesar adalah provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta terutama didaerah Gunungkidul dan Bantul (Lies
Suprapti, 2002).
Kelebihan dari gaplek adalah bahan
lokal ini mudah diolah menjadi tepung gaplek, karena gaplek mempunyai kandungan
pati yang cukup tinggi. Kelemahan dari gaplek salah satunya adalah kerusakan
yang sering terjadi pada gaplek pasca panen ditandai dengan adanya perubahan
dalam gaplek yang mengakibatkan warna coklat kebiruan. Untuk mengatasi kerusakan
gaplek dapat dilakukan dengan cara penyimpanan gaplek kering, pembuatan gaplek,
dan pembuatan tepung gaplek. HCN (asam sianida) pada gaplek akan hilang dan
tidak berbahaya lagi dengan cara dicuci sampai bersih dan kemudian dikeringkan
atau dijemur.
1.2
Tujuan
1. Menganalisis
cara petani mendapatkan modal untuk usahatani
singkong di Desa
Kali Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara.
2. Menganalisis
cara mengalokasikan modal untuk usaha Tani Kacang Tanah di Desa Kali Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten
Bengkulu Utara.
3. Menganalisis
keadaan keuangan Petani Kacang Tanah di Desa
Desa Kali Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara.
BAB
II
GAMBARAN
UMUM LOKASI PRAKTIKUM
2.1 Karakteristik Petani
Petani memiliki karakteristik yang
beragam, karakteristik tersebut dapat berupa karakter demografis, karakter
sosial serta karakter kondisi ekonomi petani itu sendiri. Karakter-karakter
tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada situasi tertentu.
Karakteristik yang diamati dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, Mata
Pencaharian, Batas Wilayah, Keadaan Sarana dan Prasarana, pengalaman usahatani,
dan Tata Guna Lahan.
2.2 Umur
Umur responden merupakan lama
responden hidup hingga penelitian dilakukan, umur produktif petani akan
mempengaruhi proses adopsi suatu inovasi baru. Menurut BPS (2015), berdasarkan
komposisi penduduk, umur dikelompokkan menjadi 3 yaitu umur < 47 tahun
dianggap sebagai kelompok penduduk Muda, kelompok penduduk umur 47 - 54 tahun
sebagai kelompok umur Sedang dan kelompok umur > 54 tahun ke atas sebagai
kelompok penduduk yang Tua.
2.3 Berdasarkan Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan jumlah
tahun mengikuti pendidikan formal yang ditempuh petani pada bangku sekolah.
Pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku dan tingkat adopsi suatu inovasi.
Seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih terbuka untuk menerima dan
mencoba hal-hal yang baru.
Tabel 1. Karakteristik
Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO
|
PENDIDIKAN
|
JUMLAH
|
1
|
SD
|
40 %
|
2
|
SMP
|
25 %
|
3
|
SMA
|
25 %
|
4
|
Perguruan
Tinggi
|
10 %
|
Sumber
: Data sekunder Desa Kali tahun 2016
Data
yang tertera diatas menunjukkan bahwa responden masih banyak yang belum bisa
menerima inovasi karena tingkat pendidikan petani di Desa Kali masih berada
pada tingkat persentase yang tinggi di tingkat SD yaitu
40%.
2.4 Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Desa
Kali hampir 90% penduduknya adalah petani, dan 10% ada sebagai guru dan aparat negara.
2.5 Batas Wilayah
Desa Kali bagian utara berbatasan
langsung dengan Desa Gunung Selan, bagian selatan berbatasan dengan desa Karang
Anyar., bagian barat berbatasan dengan desa Karang anyar Ilir dan bagian timur
berbatasan dengan Desa Gunung Besar.
2.6 Keadaan Topografi
Desa
Kecil adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Argamakmur Kabupaten Bengkulu
Utara. Kondisi geografisnya sebagian besar berupa dataran yang berada pada
ketinggian antara 10-150 mdpl sepanjang pesisir pantai bagian barat membujur
dari utara ke selatan. Kondisi topografi merupakan faktor utama yang paling
besar pengaruhnya terhadap kerusakan lingkungan dibandingkan dengan
faktor-faktor lain.
2.7 Keadaan Sarana dan Prasarana
Desa Kali memiliki
sarana dan
prasarana
seperti desa
lain pada umumnya. Desa Kali merupakan desa yang
memiliki sarana dan prasarana cukup baik, karena yang dibutuhkan semua penduduk
ada didesa. Selain infrastruktur yang sudah membaik, desa ini juga memiliki SD
yang menunjang pendidikan awal anak-anak petani.
Tabel
2. Keadaan Sarana Dan Prasarana
NO
|
Sarana dan Prasarana
|
Jumlah
|
1
|
Balai
Desa
|
1
|
2
|
Masjid
|
3
|
3
|
SD
|
1
|
4
|
Jalan
Aspal
|
1
|
5
|
Jalan
Batu
|
1
|
6
|
Puskesmas
|
1
|
Sumber : Data
sekunder Desa Dusun Kali tahun 2016
Sarana dan prasarana pada tabel telah menunjukkan bahwa Desa Kali mampu menjadi desa layak tinggal. Desa Kali memiliki berbagai macam sarana dan prasarana dalam desa antara lain sarana dan prasarana transportasi berupa jalan aspal menuju atau keluar desa ada 1 jalan aspal. Sarana dan Prasarana untuk kesehatan Desa Kali memiliki 1 puskesmas.
2.8 Keadaan Usaha Tani
Pada
2012 diketahui bahwa usahatani yang dilakukan oleh beberapa petani Desa Kali
adalah usahatani Singkong, tahun 2016 merupakan tahun dimana beberapa petani
usahatani Singkong berhenti melakukan kegiatan usahataninya tersebut, alasannya
karena harga Singkong yang ditawarkan murah dan bibit yang tersedia tidak
begitu banyak dan pendapatan petani dari usahatani Singkong dari tahun ke tahun
berkurang sehingga Petani beralih ke komoditas lain.
2.9 Tata Guna Lahan
Lahan yang ada di Desa Kali banyak
digunakan sebagai sektor perkebunan dan
sektor pertanian sawah, Pertanian perkebunan lebih banyak dibandingkan dengan
lahan pertanian sawah. Usahatani perkebunan yang dilakukan oleh petani adalah
perkebunan sawit dan perkebunan karet.
BAB
III
METEDEOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Metode Penentuan Lokasi
Lokasi praktikum ditentukan dengan metode purposive. Menurut iqbal (2002) purposive
adalah suatu teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja berdasarkan
atas pertimbangan–pertimbangan tertentu. Pemilihan lokasi Desa Kali dipilih
dengan pertimbangan bahwa penduduk Desa Kali
sebagian bekerja di sektor pertanian di komoditas usahatani sinkong dan
merupakan lokasi yang strategis untuk melakukan praktikum.
3.2 Metode Penentuan Responden
Responden yang diwawancarai adalah petani yang
memiliki lahan pertanian usahatani singkong. Jumlah petani yang menjadi
responden disini sebanyak 10 orang. Penentuan responden dilakukan dengan metode
acak sederhana (simple random sampling).
3.3 Metode Pengambilan Data
Data-data yang dikumpulkan terdiri dari data primer
dan sekunder. Data primer diperoleh melalui survei, yaitu wawancara terstruktur
kepada responden dengan panduan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya.
Kajian ini memerlukan dukungan data primer yang dikumpulkan melalui wawancara
terstruktur kepada responden. Secara rinci data primer yang dikumpulkan adalah
sebagai berikut:
1. Data
karakteristik rumah tangga, meliputi: karakteristik anggota rumah tangga dan
penguasaan aset pertanian.
2. Penggunaan Lahan untuk usahatani Singkong
3. Penggunaan dan nilai sarana produksi usahatani Singkong
4. Penggunaan
dan nilai tenaga kerja untuk usahatani Sigkong
5. Sumber Modal
yang dibutuhkan untuk usahatani Singkong
6. Laporan
Keuangan Sederhana Usahatani Singkong
7. Data
pendukung lokasi praktikum
3.4 Metode Analsis Data
3.4.1 Metode Analisis Sumber, Struktur Modal, Aset
Dengan
telah diperolehnya data dari sumber terkait mengenai data sumber, struktur
modal dan aset. Lalu untuk menganalisis gambaran sumber dan struktur modal para petani Singkong di Desa Kali, Kecamatan Argamakmur, Kabupaten Bengkulu
Utara dapat
kami lakukan analisis secara deskriptif untuk mengambarkannya.
3.4.2
Metode Analisis Profitabilitas Dan Rentabilitas
Menurut Sigit
Larsito (2005), Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal
sendiri. Dari definisi ini terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicari adalah
laba perusahaan. Adapun formula pengukurannya profitabilitas adalah sebagai
berikut:
Profit Margin = Pendapatan bersih / Penjualan
Rentabilitas suatu
perusahaan menunjukan perbandingan anatara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain Rentabilitas adalah kemampuaan
suatu perusahaan untuk mengahasilkan laba selama periode tertentu (Bambang
Riyanto, 2001:35).
Dan angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang
diperoleh setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena
dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan karyawan
memperoleh laba dapat diketahui dengan rumus Rasio Rentabilitas, yang
mana Rasio ini juga dapat digolongkan sebagai rasio produktivitas, adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
Rasio Rentabilitas = Jumlah laba / Jumlah karyawan
3.4.3 Metode
Analisis Rasio Likuiditas
Menurut
Munawir ( 2001) Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini penting karena kegagalan dalam membayar
kewajiban dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Mengukur kemampuan dengan
melihat aktiva lancar perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan
relatif terhadap utang lancar. Rumus Rasio Likuiditas adalah sebagai beriku:
3.4.4 Metode Analisis Rasio Solvabilitas
Analisis Rasio
Solvabilitas merupakam kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan
jangka pendek maupun jangka panjang. Perusahaan dikatakan solvable apabila
perusahaan mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua
hutang-hutangnya. Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
adalah:
1. Rasio hutang modal / Debtto Equity Ratio
Debt to equity ratio
dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan,
sehingga dapat dilihat resiko tak tertagihnya suatu utang. Keseimbangan
proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik
perusahaan.
Rasio hutang modal menggambarkan
sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar
dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari
hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Rasio hutang modal dihitung dengan formula:
2. Total Asetsto Total Debt Ratio/ Debt Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan
antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh
mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) Debt Ratio merupakan rasio yang
memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang
dimiliki .
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Rasio ini dihitung dengan rumus:
3. Times Interest Earned
Time
Interest Earned merupakan perbandingan antara laba
bersih sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang
mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang jangka
panjang. Time Interest Earned dapat dihitung dengan rumus:
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Petani
Karakteristik petani akan mempengaruhi kemungkinan
petani tersebut untuk mengembangkan usahataninya. Misalnya dalam fleksibilitas
seorang petani untuk mengadopsi inovasi dan teknologi baru dalam usahataninya.
Petani memiliki karakteristik yang beragam. Beberapa karaktersitik petani yang
akan dibahas dalam praktikum iniseperti, umur, pendidikan, pengalaman usahatani,
jumlah tanggungan keluarga, pekerjaan di luar usahatani dan penguasaan lahan.
Data-data mengenai karakteristik petani
singking di Desa Kali, Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara akan
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3. Karakteristik Petani
Singkong di Daerah Praktikum
NO
|
Karakteristik
|
Persen
( % )
|
Rata-rata
( tahun )
|
1
|
Umur
|
34
|
|
·
|
Muda (< 31 tahun)
|
40
|
|
·
·
|
Sedang (31 - 37tahun )
Tua (> 37 tahun )
|
30
30
|
|
2
|
Pendidikan
|
||
·
|
Formal:
|
11
|
|
Rendah (<10 tahun)
|
40
|
||
Sedang
(10-14 tahun)
|
40
|
||
Tinggi (>14 tahun)
|
20
|
||
·
|
Non Formal
|
-
|
|
3
|
JumlahTanggunganKeluarga
|
3
|
|
·
·
|
Sedikit ( < 3 orang )
Sedang ( 3 – 4 orang
)
|
40
50
|
|
·
|
Banyak (>4 orang )
|
10
|
|
4
|
Pekerjaandiluarusahatani
|
-
|
|
5
|
Pengalaman
usahatani
|
10
|
|
·
|
Kurang (< 7 tahun )
|
40
|
|
·
·
|
Sedikit(7 – 13 tahun )
Banyak ( > 13
tahun )
|
30
30
|
|
6
|
PenguasaanLahan
|
1,75
|
|
·
·
|
Sempit (< 1,5 Ha)
Sedang ( 1,5 – 2,25
Ha)
|
40
40
|
|
·
|
Luas (> 2,25Ha )
|
20
|
Sumber: Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
4.1.1
Keadaan Umur Petani
Berdasarkan
data tabel diatas, didapat informasi bahwa terdapat 40 % petani dengan usia
< 31 tahun degan kategori muda, 30% rentang usia 31-37 tahun dengan kategori
sedang, dan hanya 30% saja petani dalam rentang usia > 37 tahun yaitu
kategori usia tua. Berdasarkan data tersebut, maka didapat rata-rata usia
petani singkong di Desa Kali Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara
yaitu 34 tahun.
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata petani singkong tesebut
merupakan kelompok usia produktif. Tingkat usia petani akan mempengaruhi
keuksesan usahataninya. Misalnya petani dalam usia produktif akan memiliki
peluang lebih besar untuk melakukan pekerjaannya dengan maksimal, sehingga
mendorong kesuksesan usaha taninya. Selain itu dengan semakin matangnya umur
petani maka petani tersebut juga akan semakin memiliki pengalaman lebih dan mampu
mengambil keputuan yang terbaik untuk usahataninya. Sebagai contoh, usaha tani
singkong ini umumnya memang bukan satu-satunya komoditi yang diusahakan oleh
petani. Umumnya petani di Desa Kali Kabupaten Bengkulu Utara memiliki usaha
tani utama seperti sawit ataupun karet sedangkan usahatani singkong merupakan
usaha sampingannya. Kondisi tersebut dapat menjelaskan mengapa rata-rata usia
responden (petani plasma singkong) tergolong masih usia produktif. Hal tersebut
karena umumnya petani dalam rentang usia tersebut masih lebih terbuka dan mudah
beradaptasi dengan hal-hal baru serta mau mengikuti perkembangan zaman.
4.1.2 Keadaan
Pendidikan Petani
Berdasarkan
data dari tabel diatas, didapat informasi bahwa 40 % petani singkong memiliki
tingkat pendidikan rendah yaitu < 10 tahun, petani dengan tingkat pendidikan
sedang 40% dengan lama pendidikan 10-14 tahun, dan 20% diantaranya tergolong
dalam tingkat pendidikan tinggi, yaitu dengan lama pendidikan >14 tahun. Rata-rata
tingkat pendidikan penduduk Desa Kali Kabupaten
Bengkulu Utara adalah 11 tahun atau setara dengan SLTA/SMA. Bahkan dua dari
sepuluh responden yang ada memiliki gelar sarjana. Tingkat pendidikan yang baik
akan menggambarkan tingkat adaptasi teknologi dan inovasi yang cukup kuat dari
petani itu sendiri. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin
seseorang memiliki pendidikan dan tingkat pengetahuan yang tinggi, maka orang
tersebut akan semakin terbuka dengan berbagai perubahan yang membawa ke arah
positif, atau dengan kata lain akan lebih mudah menerima inovasi dan mudah
beradaptasi. Begitu pula halnya dengan petani plasma singkong. Sejalan dengan
teori tersebut, fakta yang didapat di lapangan membuktukan bahwa dengan semakin
tingginya tingkat pendidikan petani, maka peluang seorang petani untuk mau
bekerja sama dengan perusahaan sebagai mitra petani plasma singkong, akan
semakin besar pula. Dengan demikian,
tingkat pendidikan yang tinggi juga dapat memperbesar kemungkinan seorang
petani menjadi lebih sukses dalam menjalankan usaha taninya.
4.1.3
Keadaan Pengalaman Usahatani
Selain tingkat pendidikan,
pengalaman usahatani juga merupakan parameter yang tidak kalah penting dalam
menentukan kesuksesan seorang petani dalam mengelola usahataninya. Pengalaman
usahatani para petani singkong di Desa Kali dibagi menjadi 3 kategori, yaitu
kategori pengalaman usahatani yang kurang, cukup, dan banyak. Berdasarkan tabel
di atas terdapat 40% petani dengan pengalaman
usahatani <7 tahun (kategori kurang), 30% petani dengan pengalaman
7-13 tahun (kategori sedang), dan 30% petani dengan pengalaman >13 tahun
(kategori banyak). Selanjutnya rata-rata pengalaman usahatani yang didapat
adalah 10 tahun.
Rentang waktu 10 tahun merupakan
waktu yang cukup lama dan memungkinkan seorang petani telah mendapatkan banyak
pengalaman dan pelajaran dalam menjalankan usahataninya. Pengalaman usaha tani
juga sangat mempengaruhi apakah seorang petani bersedia untuk menambah jenis
komodoti yang diusahakannya dan juga menjadi mitra usaha petani plasma sebuah
perusahaan. Dengan semikin lamanya pengalaman usaha tani, maka seorang petani
akan lebih memahami dengan baik hal-hal apa saja yang bisa ia lakukan untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih atas usaha taninya (misalnya; menentukan
jenis komoditi yang ditanam, prediksi harga komoditi pertanian, dll), selain
itu petani tersebut juga akan menjadi lebih peka terhadap hal-hal apa saja yang
harus dihindari supaya usahataninya tidak mengalami kerugian. Berdasarkan
konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan semakin lamanya pengalaman
usahatani maka, si petani akan semakin terbuka terhadap tawaran bermitra
sebagai petani plasma pada perusahaan pengolahan singkong ini. Hal tersebut
disebabkan karena petani cenderung akan mencoba hal-hal baru yang kemungkinan
dapat memberikan keuntungan lebih terhadap usaha taninya.
4.1.4 Keadaan
Tanggungan Keluarga Petani
Jumlah tanggungan
keluarga juga dapat mempengauhi kinerja tau produktivitas seorang petani.
Berdasarkan tabel diatas, dapat kita lihat bahwa terdapat 40% petani dngan
jumlah tanggungan keluarga yang tergolong sedikit yaitu < 3 orang.
Sementara, terdapat 50% petani dengan jumlah tanggungan keluarga kategori
sedang, yaitu 3-4 orang. Untuk petani dengan tanggungan keluarga banyak atau
>4 orang, hanya terdapat 10% nya saja. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga rumah tangga petani adalah 3 orang dalam satu keluarga. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin
besar pula kemungkin seorang petani untuk mendiversifikasikan pola nafkahnya,
misalnya melalui usaha tani sampingan sebagai petani plasma singkong. Atau
dalam kondisi lainnya, semakin banyaknya jumlah tanggungan keluarga, maka
kecenderungan seorang petani akan mencari alternatif terbaik bagaimana caranya
untuk mendapatkan pendapatan yang semaksimal mungkin dengan mengeluarkan modal
yang seminim mungkin, dan salah satu caranya adalah menjadi mitra petani plasma
pada perusahaan pengolahan singkong ini.
4.1.5 Keadaan
Pekerjaan Di Luar Usahatani
Petani-petani
singkong di Desa Kali, Kecamatan Arga Makmur Bengkulu Utara umumnya memiliki
pekerjaan utama sebagai petani. Selain menekuni usahatani singkong, para petani
ini umumnya juga mempunyai usahatani yang lain, seprti usahatani karet dan
sawit. Disamping bekerja menjalankan usahataninya, pada musim-musim terntentu,
ada juga petani yang menjalankan pekerjaan sampingan sebagai buruh tani.
Terlepas dari itu pekerjaan di bidang pertanian tetap merupakan profesi dan
keterampilan utama yang dimiliki para petani singkong di desa ini.
4.1.6 Keadaan
Penguasaan Lahan Pertanian
Penerimaan yang
didapat oleh petani sangat dipengaruhi seberapa luas lahan yang digarapnya.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan praktikum di dapat data pengusaan
lahan pertanian seperti pada tabel di atas. Dapat diketahui bahwa penguasaan
lahan pertanian petani di Desa Kali ini dapat digolongkan menjadi tiga kategori
yaitu kategori sempit, sedang, dan luas. Terdapat 40 % petani dengan luas lahan
sempit yaitu <1,5 Ha, 40 % petani
dengan luas lahan kategori sedang yaitu 1,5-2,25 Ha, dan 20% petani dengan luas
lahan kategori luas yaitu >2,25 Ha.
Rata-rata penguasaan lahan pertaniannya adalah 1,75 Ha.
Berdasarkan data
tersebut dapat dijelaskan bahwa, pada umumnya mitra petani plasma perusahaan
memiliki luas lahan yang cukup luas, yaitu rata-rata lebih dari 1 ha. Hal
tersebut dikarenakan, perusahaan mencari petani plasma yang dapat menjadi
pemasok utama bahan baku singkong untuk usahanya. Mengingat produksi harian
yang dilakukan oleh perusahaan tersebut terbilang dalam kuantitas yang cukup
besar, maka dari itu luas lahan yang digarap oleh petani plasma menjadi
pertimbangan yang cukup penting. Semakin luas lahan yang digunakan untuk
menanam singkong, maka akan semakin besar pula produksi singkong yang
dihasilkan, dengan demikian akan ketersediaan akan bahan baku singkong bagi
perusahaan juga semakin terjamin.
4.2 Penggunaan Lahan untuk Usahatani Singkong
Lahan
dapat didefinisikan sebagai wilayah dipermukaan bumi, yang mencakup semua
komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di
atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk,
relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan
oloeh aktivitas manusia dimasa lalu dan sekarang yang semuanya berpengaruh
terhadap penggunan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan dimasa mendatang.
Data penggunaan lahan untuk usahatani singkong di Desa Kali, Kecamatan Arga
Makmur, Bengkulu Utara dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel
4. Penggunaan Lahan untuk Usahatani Singkong
Luas Lahan
|
Status
Kepemilikan
|
|
Rata- rata
|
1,75
|
Milik sendiri
|
Sumber: Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Berdasarka
tabel penggunaan lahan untuk usahatani singkong di atas, dapat dilihat bahwa
rata-rata luas lahan yang digunakan untuk usahatani singkong yaitu 1,75 Ha.
Umumnya status kepemilikan lahan tersebut adalah milik sendiri. Berdasarkan
data tersebut dapat kita lihat bahwa para petani singkong di Desa Kali ini
sudah tergolong maju karena sudah mampu memiliki dan mengolah sendiri lahan
pertaniannya yang luas untuk satu komoditi, yaitu singkong. Belum lagi ditambah
dengan lahan lain yang digarap untuk komoditi lain pula, otomotis pendapatan
yang didapat dari usahatani akan semakin tinggi lagi.
4.3 Kebtuhan Modal untuk Usahatani Singkong
4.3.1 Modal untuk
Sarana Produksi Usahatani Singkong
A.
Penggunaan dan Nilai Bibit
Berdasarakan
hasil wawancara dan observasi lapangan yang dilakukan selama praktikum,
ditemukan fakta lapangan bahwa budidaya singkong, khususnya untuk varietas
singkong racun ini, tergolong sangatlah mudah dan sederhana. Dalam proses
pembudidayaanya jenis singkong ini tidak membutuhkan penanganan khusus dan
tidak rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Oleh karena itu, petani tidak
perlu mengeluarkan modal lebih untuk membeli pupuk dan pestisida. Salah satu
input produksi yang paling penting dalam pembudidayaan singkong racun ini,
ialah bibit. Bibit singkong racun didapa petani dari perusahaan pengolahan ubi
kayu yang menjadi mitra kerja samanya.
Berikut disajikan data mengenai pengguanaan dan nilai bibit.
Tabel
5. Penggunaan Bibit
Bibit (Batang)
|
Harga (Rp/ Kg)
|
Jumlah
|
||
Biaya (Rp/UT)
|
Biaya (Rp/Ha)
|
|||
Rata-rata
|
56.3
|
240
|
3.960.000
|
457.433
|
Sumber: Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Karena
sumber bibit berasal dari sumber yang sama, yaitu dari PT Casagro Inti Perkasa,
degan pembagian bibit yang sama banyaknya tergantung dari luas lahan, maka
banyak bibit yang digunakan oleh petani sudah memiliki standarisasi kuantitas
tersendiri. Begitu pula dengan kualitas bibit yang digunakan oleh para petani
sama baiknya. Jumlah bibit yang digunakan petani dalam satu kali proses UT
yaitu sebanyak 10000 bibit per 1 hektar lahan dengan harga Rp. 240 per batang. Rata-rata
biaya yang dikeluarkan untuk usahatani singkong dalam 1 kali musim yaitu Rp 457.433,-/Ha.
4.3.2Kebutuhan
Modal untuk Tenaga Kerja Usahatani Singkong
A. Penggunaan dan Nilai Tenaga Kerja Keluarga
Yang dimaksud
dengan tenaga kerja keluarga adalah tenaga kerja yang merupakan anggota
keluarga dalam suatu rumah tangga. Biasanya biaya tenaga kerja dalam keluarga
sering diabaikan nilai ekonomisnya oleh petani. Maka dari itu perlu dilakukan
perhitungan terhadap tenaga kerja dalam keluarga.
Tabel 6.PenggunaandanNilaiTenagaKerjaKeluarga untukUsahataniSingkong
Total Biaya HOK / UT (Rp)
|
||
Rata
– rata
|
Rp 514.000,-
|
Sumber: Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Berdasarkantabeldiatasdapat
dilihat bahwatenagakerja
dari dalam keluarga juga dibutuhkan dalam proses produksi.Rata-rata biaya yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja dalam keluargapada usahatani singkong yaitu
sebesar Rp 514.000,-.
B. Penggunaan dan Nilai Tenaga Kerja
Luar Keluarga
Tenaga kerja luar keluarga merupakan
tenaga kerja yang berasal dari luar anggota keluarga rumah tangga petani.
Tenaga kerja luar keluarga umumnya dihargai dengan upah harian atau ada juga
tenaga kerja luar keluarga yang didapatkan dengan sistem gotong royong. Berikut
adalah data penggunaan dan nilai tenaga kerja luar keluarga yang didapat dari
petani singkong di daerah praktikum.
Tabel 7.PenggunaandanNilaiTenagaKerja LuarKeluarga untukUsahataniSingkong
Total Biaya HOK / UT (Rp)
|
||
Rata
– rata
|
Rp 1.239.750,-
|
Sumber: Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
C. Total Nilai Tenaga Kerja
Berhasil atau tidaknya suatu proses
produksi sangat bergantung dengan setiap faktor pendukungnya. Salah satu faktor
terpenting yang menunjang berlangsungnya proses produksi yaitu adalah
tersedianya tenaga kerja. Tenaga kerja dengan kuantitas yang proporsional dan
kualitas yang kinerja yang baik, tentu akan menghasilkan hasil produksi yang
maksimal. Begitu
pula yang terjadi pada proses produksi usahatani singkong di Desa Kali,
Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara yang membutuhkan tenaga kerja
dalam setiap tahapan produksinya. Tenaga kerja yang digunakan yaitu baik tenaga
kerja wanita maupun tenaga kerja pria, juga tenaga kerja dalam keluarga maupun
tenaga kerja luar keluarga. Berikut adalah data total nilai tenaga kerja yang
digunakan dalam usahatani singkong.
Tabel 8.TotalNilaiTenagaKerja
Total Biaya HOK / UT (Rp)
|
||
Rata
– rata
|
Rp 8.768.750 ,-
|
Sumber: Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Nilai biaya yang harus
dikeluarkan oleh petani singkong dalam satu kali musim tanam cukup besar. Biaya
yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga, umumnya lebih besar
dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan untuk tenaga kerja dalam keluarga.
Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa total nilai tenaga kerja baik
dari dalam keluarga maupun luar keluarga memiliki nilai rata-rata sebesar Rp 8.768.750 ,-.
4.3.3
Kebutuhan Modal untuk Aktiva Usahatani Singkong
Terdapat
beberapa jenis modal yang dibutuhkan sebagai aktiva dalam usahatani singkong.
Beberapa jenis modal tersebut antara lain seperti, lahan, biaya pengolahan
lahan, penanaman, dan pemanenan. Berikt ini akan dijabarkan apa saja kebutuhan
modal untuk usahatani singkong di Desa Kali, Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten
Bengkulu Utara.
A.
Kebutuhan
Modal Lahan untuk Aktiva
Pengertian lahan adalah
lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnya terhadap
kehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisik berupa relief atau
topografi, iklim, tanah dan air, sedangkan lingkungan biotik adalah manusia,
hewan, dan tumbuhan. Lahan merupakan salah satu jenis modal dalam usahatani
Tabel 9.Tabel Kebutuhan Modal Lahan untuk
Aktiva
Total Biaya (Rp)
|
||
Rata
– rata
|
Rp 24.500.000,-
|
Sumber: Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Lahan sangat
dibutuhkan dalam setiap kegiatan usahatani, begitu pula dengan usaha tani
singkong. Lahan dengan tingkat kesuburan yang baik dan luas lahan yang luas
akan memberikan hasil produksi yang maksimal dalam usahatani singkong.
Rata-rata modal yang dikeluarkan petani singkong untuk lahan usahataninya
adalah Rp 24.500.000,-.
B.
Kebutuhan
Modal Tahap Pengolahan Lahan untuk Aktiva
Pengolahan lahan merupakan tahap awal pada budidaya tanaman singkong.
Salah satu tahap dalam pengolahan lahan yaitu pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan
dan dilembekkan dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan
berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin pertanian
(traktor).
Tabel 10.Tabel Kebutuhan Modal Tahap
Pengolahan Lahan untuk Aktiva
Total Biaya (Rp)/UT
|
||
Rata
– rata
|
Rp 565.000,-
|
Sumber: Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Pada tahap pengolahan lahan ini digunakan beberapa
jenis sumberdaya seperti tenaga kerja, dan berbagai sarana produksi pertanian
yang dibutuhkan. Berdasarkan data dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa
rata-rata biaya yang harus dikeluarkan oleh petani singkong dalam tahap
pengolahan lahan sebesar Rp 565.000,-/UT.
C.
Kebutuhan
Modal Tahap Penanaman untuk Aktiva
Penanaman
adalah kegiatan menanam bibit pada media tanah untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanama tersebut selanjutnya. Dalam tahap penanaman singkong,
petani juga harus mengeluarkan sejumlah biaya tertentu, misalnya untuk biaya
bibit dan dan upah tenaga kerja luar keluarga. Berikut adalah kebutuhan modal
pada tahap penanaman dalam usahatani singkong.
Tabel 11.Tabel Kebutuhan Modal Tahap Penanaman
untuk Aktiva
Total Biaya (Rp)/UT
|
||
Rata
– rata
|
Rp 617.250,-
|
Sumber: Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Berdasarkan data
tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata biaya yang harus dikeluarkan oleh
petani cukup tinggi yaitu Rp 617.250,-. Biaya penanaman
yang cukup tinggi ini bisa disebabkan karena umumnya lahan yang diusahakan para
petani untuk menanam singkong cukup luas, sehingga membutuhkan modal yang lebih
besar pula dalam tahapan produksinya.
D.
Kebutuhan
Modal Tahap Pemanenan untuk Aktiva
Tahap pemanenan merupakan saat yang paling
ditunggu-tunggu oleh petani. Dalam tahap pemanenan inilah petani dapat
mengetahui seberapa besar hasil produksi yang dihasilkan dari usahataninya.
Selanjutnya hasil produksi tersebut juga akan memberikan gambaran mengenai
seberapa besar penerimaan dan pendapatan yang akan didapatkan oleh petani
tersebut. Berikut adalah kebutuhan modal untuk tahap pemanenan pada usahatani
singkong.
Tabel 12.Tabel Kebutuhan Modal Tahap
Penanaman untuk Aktiva
Total Biaya (Rp)/UT
|
||
Rata
– rata
|
Rp 571.500,-
|
Sumber: Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui
bahwa petani singkong di Desa Kali, Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu
Utara, rata-rata harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 571.500,-
pada tahap panen. Biaya tersebut akan digunakan untuk membayar upah tenaga
kerja dan berbagai sarana produksi yang digunakan dalam tahap pemanenan
singkong.
4.4
Total Modal yang Dibutuhkan untuk Usahatani Singkong
Modal usaha merupakan uang yang
dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya;
harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk
menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan. Modal yang dimaksud dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah uang
yang digunakan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan usahatani. Berikut adalah
modal yang dibutuhkan dalam usahatani singkong.
Tabel 13. Total Modal yang
Dibutuhkan
Lahan
|
24.500.000
|
Pengolahan Lahan
|
565.000
|
Penanaman
|
617.250
|
Panen
|
571.500
|
Sub Total
|
1.753.750
|
Biaya Tak Terduga (10%)
|
175.375
|
Total
|
31.929.125
|
Sumber: Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Dari
tabeldiatasbahwadapatdiketahuipengeluaranpetanipada usahatanisingkong, rata-rata dari
nilai modal yang dibutuhkan yaitu Rp. 31.929.125,-/UT.Pengeluaraninitermasuk cukup besar.
Hal tersebut dikarenakan biaya-biaya sarana produksi dan tenaga kerja yang
semakin tinggi, sedangkan kenaikan harga tersebut tidak diiringi dengan
peningkatan pendapatan petani. Tentu kondisi ini cukup memberatkan petani
singkong dalam menjalankan usahanya.
4.5
Sumber Modal yang dibutuhkan untuk
Usahatani Singkong
Dalam
menjalankan usahatani terdapat beberapa sumber modal yang dapat digunakan oleh
petani. Modal yang digunakan dalam usahatani singkong ini umumnya berasal dari
dua sumber yaitu modal dari perusahaan dan modal sendiri. Petani mendapatkan
modal dari PT Casagro Inti Perkasa berupa bibit singkong, karena telah ada
ikatan kontrak antara perusahaan dengan petani, dimana para petani singkong
menjadi petani plasma dari perusahaan tersebut. Selain itu petani juga
menggunakan modal sendiri untuk memenuhi kebutuhan usaha tani lainnya. Modal
sendiri adalah modal yang diperleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal
sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, saudara, dan lain sebagainya.
Tabel
14.Jumlah Modal Sendiri dan Asalnya
Nama Responden
|
Jenis Investasi
|
Asal Investasi
|
||
Alat
|
Lahan
|
Alat
|
Lahan
|
|
Rata-rata
|
5
|
1,75
|
Beli
|
Beli
|
Sumber: Data Primer Desa Kali, diolah 2016.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
bahwa investasi rata-rata yang digunakan
untuk alat adalah 5 dengan rata-rata lahan sebesar 1,75. Baik alat maupun lahan
yang digunakan petani semua dibeli
dengan modal sendiri.
4.6 Laporan Keuangan Sederhana
Usahatani Singkong
4.6.1 Laporan Rugi Laba Sederhana
Laporan
laba/rugi adalah laporan yang memuat tentang selisih pendapatan usahatani singkong
setelah dikurangi dengan biaya-biaya atau beban dalam proses produksi. Laporan
laba/rugi dapat digunakan untuk mengambil kebijakan atau sebagai dasar ukuran
seperti untuk mengukur tingkat pengembalian investasi atau laba per saham
usahatani.
LAPORAN LABA RUGI
PETANI SINGKONG DI DESA KAMPUNG MELAYU
NOVEMBER
2016
s/d OKTOBER
2016
Penjualan
|
Rp 4.012.160,20
|
Harga
Pokok Penjualan
|
Rp5.887.839,80
|
Laba
kotor
|
-Rp 5.887.839,80
|
Biaya Operasional
|
|
1.
Upah Angkut singkong
|
Rp 200.000,-
|
2. Transportasi
|
Rp500.000,-
|
Total
Biaya Operasional
|
Rp 7.000.000,-
|
Laba
Operasi bersih atau laba sebelum bunga dan pajak
|
Rp 9.900.000,00,-
|
Penyusutan
|
Rp. 174.089,-
|
Laba Operasi Bersih
|
|
Pendapatan
lain-lain
|
Rp750.000,-
|
Total
Laba Operasi Bersih
|
Rp10.475.911,-
|
Pajak
|
Rp 250.000,-
|
Laba Setelah Pajak
|
Rp10.225.911,-
|
4.6.2
Neraca Keuangan
Neraca
keuangan digunakan untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan atau usaha
dalam suatu periode tertentu. Neraca merupakan bagian dari laporan keuangan
yang dibuat setahun sekali. Neraca sangat diperlukan untuk mengetahui nilai
perusahaan setelah menjalankan berbagai aktivitas yang berhubungan dengan
keuangan. Jadi, nilai suatu perusahaan bisa bertambah atau berkurang setelah
adanya berbagai macam transaksi.
NERACA
KEUANGAN PETANISINGKONG
DI
DESA KAMPUNG
MELAYUPER MUSIM TANAM 2016
Aktiva
|
Utang
dan Modal
|
||
Kas
|
Rp 9.900.000,-
|
Modal usaha
|
Rp5.887.839,-
|
Piutang
|
-
|
Hutang Lancar
|
Rp 2.550.000,-
|
Persediaan Barang
|
Rp
5.713.750,-
|
||
Total
Aktiva Lancar
|
Rp 15.613.750,-
|
||
Lahan dan Peralatan
|
Rp 24.674.090
|
||
Total
Aktiva
|
Rp40.287.840,-
|
Rp5.887.839,-
|
4.6.3
Kinerja Keuangan
a.
Keadaan Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi
kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya. Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang
memiliki likuiditas sehat paling tidak memiliki rasio lancar sebesar 100%.
Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih menggambarkan tingkat likuiditas
perusahaan ditunjukkan dengan rasio
kas (kas terhadap kewajiban lancar).Rasio likuiditas antara lain
terdiri dari: Current Ratio : adalah membandingkan antara total aktiva
lancar dengan kewajiban lancar. Quick Ratio: adalah membandingkan antara (total
aktiva lancar - inventory) dengan kewajiban lancar.
Rasio
likuiditas terdiri dari :
1.
Current
Ratio
Merupakan Rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.
Rumus :
Current ratio = (Aktiva Lancar /
hutang lancar)
CR = (15.613.750/ 2.550.000)
= 6,12
Kesimpulan: setiap Rp.1 utang lancer dijamin oleh 6,12 harta lancar atau
perbandingannya antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 6,12 : 1
2.
Acid
test ratio (Ratio Immediate Solvency)
Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
yang lebih likuid.
Rumus :
Quick Ratio = ((Aktiva Lancar –
Persediaan) / Hutang lancar))
QR = ((15.613.750
- 5.713.750) / 2.550.000))
= 3,88
Kesimpulan: rata-rata industry tingkat liquidnya / quick ratio adalah 0,5
kali sedangkan pada usahatani singkong ini 3,88 maka keadaanya sangat
baik karena perusahaan dapat membayar hutang walaupun sudah dikurangi
persediaan.
b. Keadaan Solvabilitas
Solvabilitas adalahkemampuan perusahaan untuk memenuhi
semua kewajibannya.
Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya. Hal ini sesungguhnya jarang terjadi kecuali
perusahaan mengalami ke pailitan. Kemampuan operasi perusahaan
dicerminkan dari aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Berdasarkaninformasidan
data yang dihimpun selama
kegiatan praktikum petanisingkong
di DesaKali, Kecamatan Arga
Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara,bahwausahataninyasedangmengalamikondisikeuangan
yang kurangstabil.
Di manahasilpenjualansingkong mnenghasilkanpendapatan
yang cukuprendahdaribiayaproduksi,salah satu faktornya
yaitu disebabkan harga singkong yang sedang turun drastis, sehingga petanitidak
bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal, karena pendapatan yang sedikit harus
dialokasikan untuk banyak biaya yang dikeluarkan.
1.
Total
debt to equity ratio (Rasio hutang terhadap Equitas)
Merupakan
Perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan
menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibanya .
Rumus:
Total Debt to Equity Ratio = (Total
Hutang / Ekuitas Pemegang Saham) x 100%
= (2.550.000/ 5.887.839) x 100%
= 0,43 = 43%
Kesimpulan: perusahaan dibiayai oleh utang 100%
menunjukan kreditor menyediakan Rp 43,- untuk setiap Rp 100
2. Total debt to asset ratio (Rasio
Hutang terhadap Harta)
Rasio ini merupakan
perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh
aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva
yang dibelanjai oleh hutang.
Rumus:
Asset Ratio =
(Total Hutang / Total aktiva) x 100%
=
(2.550.000/ 40.287.840) x 100%
= 0,06 = 6%
Kesimpulan: pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya bahwa
setiap Rp.100,- pendanaan perusahaan Rp.6,- dibiayai dengan utang dan Rp.94 disediakan oleh pemegang saham.
c. Rentabilititas (Profitabilitas)
Perusahaan
Rasio Rentabilitas betujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan
laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas
manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Berdasarkan
keterangan yang kami peroleh dari wawancara bahawa usahatani mendapatkan laba
usaha yang cukup tinggi, hal
tersebut dapat dilihatdaripendapatan
yang diperoleh
petanilebihbesardariseluruhbiayaproduksi
yang dikeluarkan.
1.
Gross Provit Marginal (Margin Laba Kotor)
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan
Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba
kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Rumus :
GPM = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%
= (5.887.839,80/ 4.012.160,20) 100%
= 1,46 x 100%
Kesimpulan: kemampuan perusahaan dalam menghasilkan menghasilkan
laba kotor dari pejualan bersih adalah sebesar
1,46
2.
Net
Profit Marginal (Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk
mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
Rumus:
NPM = (Laba setelah pajak / Total
Aktiva) x 100%
=
(10.225.911/ 40.287.840) 100%
= 0,25 = 25%
Kesimpulan: kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari penjualan bersih adalah sebesar 25%
3.
Operating Profit Margin
untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Operating profit margin
mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan
sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Pada umumnya semakin tinggi
rasio ini maka semakin baik.
RUMUS:
OPM = (Laba usaha / Penjualan
Bersih) x 100%
= (10.475.911/
4.012.160,20) x 100%
= 2,6 = 26%
Kesimpulan: Operating ratio mencerminkan tingkat
efesiansi perusahaan, sehingga ratio ini rendah menunjukan keadaan yang baik
karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga
rendah, dan yang tersedia untuk laba besar.
4. Return of Asset
adalah
salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya
modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis.
RUMUS:
ROA = (Laba bersih
setelah pajak / total aktiva) x 100%
= (10.225.911/ 40.287.840)
x 100%
= 0,25 = 25%
Kesimpulan: laba bersih yang
diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan
untuk menghasilkan keuntungan adalah sebesar 25%.
5.
Return of Equity
Adalah Tingkat
pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap satuan mata uang yang
menjadi modal perusahaan. Dalam pengertian ini, seberapa besar perusahaan
memberikan imbal hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang diinvestasikan
investor ke perusahaan tersebut.
RUMUS:
ROE = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Pemegang Saham) x
100%
= (10.225.911/ 5.887.839) x 100%
= 1,73 = 173%
6. Rasio Perputaran Piutang
Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan
mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit, karena timbulnya
piutang disebabkan oleh penjualan barang-barang secara kredit dan hasil dari
penjualan secara kredit netto dibagi dengan piutang rata-rata merupakan
perputaran piutang.
RUMUS:
Perputaran Piutang =
(Penjualan / piutang usaha)
Kesimpulan: karena tidak ada
piutang dalam usahatani singkong, maka analisis ini tidak perlu untuk
dilakukan.
4.7
Data Pendukung
4.7.1
Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial
ekonomi merupakan suatu kondisi yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan
petani. Kehidupan masyarakat desa yang masih memegang teguh kebudayaan,
nilai-nilai dan norma-norma sosial yang masih sangat kuat menyebabkan, sebagai
seoang petani yang produktif bekerja, petani tersebut juga harus menjalankan
perannya sebagai anggota masyarkat yang baik. Kegiatan berinteraksi sebagai
sesama masyarakat desa dan juga sesama petani,
selain dilakukan dengan interaksi sehari-hari, tetapi juga melalui beberapa
kegiatan kelompok, seperti kelompok tani, kelompok arisan, kelompok kerja
bakti, dll. Berbagai kegiatan sosial tersebut akan semakin mempererat
silaturahmi antar warga masyarakat di Desa Kali, Kecamatan Arga Makmur,
Kabupaten Bengkulu Utara. Khususnya, bagi warga masyarakat yang sama-sama
petani, silaturahmi yang baik antar sesama petani juga akan memberikan usaha
dalam usahatani, misalnya melalui gotong royong saat masa pengolahan lahan atau
panen.
Selain
kehidupan sosial, kehidupan ekonomi juga merupakan aspek yang tidak kalah
penting. Dalam kehidupan ekonominya sehari, selain bekerja menajalankan
usahtaninya, para petani di Desa Kali ini, khususnya petani singkong juga
memiliki pekerjaan sampingan yaitu sebagai buruh tani.
4.7.2. Keadaan Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan
adalah suatu badan yang bergerak
dibidang keuangan untuk
menyediakan jasa bagi nasabah atau masyarakat. Lembaga Keangan
memiliki fungsi utama ialah sebagai lembaga yang dapat menghimpun dana nasabah
atau masyarakat ataupun sebagai lembaga yang menyalurkan dana pinjaman untuk
nasabah atau masyarakat.Di Desa Kali, Kecamatan Arga Makmur, Bengkulu
Utara ini terdapat beberapa jenis lembaga keungan. Baik berupak lembaga
keuangan bank, maupun lembaga keuangan non bank.
Walaupun
terdapat berbagai jenis lembaga keuangan, tetapi bagi petani singkong sendiri,
pada umumnya mereka lebih memilih menggunakan modal pribadi dibandingkan modal
pinjaman dari lemabaga keuangan. Berdasarkan hasil observasi di lapangan
terdapat beberapa alasan mengapa petani singkong lebih memilih menggunakan
modal sendiri, dibandingkan modal dari lembaga keuangan seperti bank, ataupun
rentenir. Alasan tersebut karena kesulitan resiko yang ditanggung akan lebih
besar apabila menggunakan modal pinjaman dari lembaga keuangan. Misalnya
apabila meminjam di bank harus berurusan dengan proses administrasi yang
panjang dan butuh waktu pencairan modal yang lama. Sedangkan apabila meminjam
dari lembaga keuangan non bank, seperti rentenir tentu bunga hutang yang besar dan masa pengembalian yang singkat
akan sangat memberatkan para petani.
BAB
V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang kami lakukan dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Sumber pembiayaan yang digunakan oleh
petani plasma singkong untuk berusaha tani, umumnya berasal dari dua sumber
yaitu, dari PTCasagro Inti Perkasa selaku mitra usahanya dan ditambah modal
sendiri.
2.
Modal yang
digunakan dalam usahatani singkong ini dialokasikan kepada modal tetap dan modal lancar. Modal tetap yaitu modal yang
tidak bisa di ubah dalam jangka pendek, seperti Lahan, dan alat-alat pertanian.
Sedangkan modal lancar adalah modal yang bisa diubah dalam jangka pendek
seperti bibit dan tenaga kerja. Modal lancar dialokasikan ke bibit yaitu rata –
rata modal yang dikeluarkan untuk bibit sebesar Rp 3.960.000,-/UT, dan tenaga kerja rata – rata
modal yang dikeluarkan untuk tenaga kerja sebesar Rp 8.768.750,-/UT.
3.
Keadaan keuangan petanisingkong di Desa Kali,
Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu dapat dianalisis dengan laporan
keuangan sederhana yang mencakup laporan laba rugi, neraca keuangan, dan
analisis kinerja keuangan (untuk mengetahui keadaan likuiditas, solvabilitas, dan
rentabilitas) usaha tani singkong tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Agnes,
Sawir. 2008. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Arus Akbar Silondae, Wirawan B.
Ilyas. 2011. Pokok-Pokok Hukum Bisnis. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Bambang,
Riyanto, 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat,
Cetakan Ketujuh, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Bosawer F.E. (2010). Karakteristik Ubi Kayu
(Manihotesculenta) Asal istrik Masni Kabupaten Manokwari. Fakultas Pertanian
Dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua Manokwari.
Hasan,
M. Iqbal (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya.
Ghalia
Indonesia.
Hendy. (2007). Bertanam Singkong (Manihot esculenta Crantz)Sebagai Panga Pokok
Alternatif. Fakultas Teknologi Pertanian IntitutPertanianBogor: Skripsi diterbitkan.
Khasanah. (2009).Singkong. [Online]
Tersedia
3 Juli 2014].
Larsito,
Sigit. 2005. Analisis Keuntungan Usaha Tani Tembakau Rakyat dan Efisiensi
Ekonomi Relatif Menurut Skala Luas Garapan (Studi Kasus di Kecamatan Gemuh
Kabupaten Kendal). Universitas Diponegoro.
Munawir,
2001. Akuntansi Keuangan dan Manajmen, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Roja,A. (2009).singkong dan Pengolahan Singkong. Sumatra Barat: MakalahPelatihan
Spesifik Lokalita BPTP.
Susilawati, Nurdjanah. S, dan Putri,
S. (2008). “Karakteristik Ubi Kayu
(Manihot esculenta) Berdasarkan Lokasi Penanaman Dan Umur
PanenBerbeda”.Jurnal eknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2.
No comments:
Post a Comment