contoh laporan tekhnologi pengolahan hasil pertanian telur asin



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Telur dapat dimanfaatkan sebagi lauk, bahan pencampuran makanan, tepung telur, obat dan lain sedagainya. Telur terdiri dari protein 13%, lemak 12%, serta vitamin dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuning telur. Kuning telur mengandung asam amino esensial yanng dibutuhkan serta mineral seperti: besi, fosfor, sedikit kalsium dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60% dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Telur mempunyai tiga komponen pokok yaitu cangkang telur (11%), putih telur (58%) dan kuning telur (31%).
            Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur. Telur akan lebih bermanfaat bila direbus setengah matang dari pada direbus matang atau dimakan mentah. Telur yanng digoreng kering juga kurang baik, karena protein telur mengalami denaturasi/rusak, berarti mutu protein akan menurun.
            Kualitas telur ditentukan oleh : 1) kualitas bagian dalam (kekentalan putih dan kuning telur, posisi kuning telur dan ada tidaknya noda atau bintik darah pada putih dan kuning telur) dan 2) kualitas bagian luar telur ( bentuk dan warna kulit, permukaan telur, keutuhan dan kebersihan kkulit telur). Umumnya telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari 2 minggu diruang terbuka. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang tnampak dari luar dan kerusakan yang baru dapat diketahui setelah telur pecah. Kerusakan pertama adalah kerusakan alami (pecah, retak). Kerusakan lain adalah akibat udara dalam isi telur keluar sehingga derajat keasaman naik. Sebab lain adalah karena keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat berat telur turun serta putih telur encer sehingga kesegaran telur merosot.
1.2 Tujuan
            Mengetahui cara-cara pengolahan telur menjadi telur asin, dan mempelajari kualitas keberhasilannya.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Suardana dan Swacita (dalam Nuruzzakiah dkk. 2016) Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya jenis telur yang dikonsumsi berasal dari ayam, bebek dan angsa. Telur  mempunyai beberapa kelebihan dan gizi yang diperlukan oleh tubuh, selain itu juga rasanya enak, mudah dicerna, membuat badan segar dan kuat. Telur mengandung banyak protein tinggi, karena memiliki susunan asam amino yang lengkap, sehingga dijadikan patokan untuk menentukan mutu protein dari bahan pangan yang lain. Telur merupakan sumber protein hewani yang mudah didapat dan harganya juga relatif murah, dapat dijangkau oleh hampir seluruh masyarakat, banyak unsur gizi yang cukup untuk tubuh seperti asam amino esensial yang mutlak diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan. Selain itu telur juga mengandung lemak, mineral dan beberapa vitamin A, D, E, dan K.
Telur asin merupakan makanan yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan telur asin dapat tahan lama dibanding telur lainnya, selain itu telur asin banyak disukai karena rasanya yang asin. Daya simpan telur asin sebelum direbus adalah 8 minggu dalam keadaan terbungkus adonan, sedangkan setelah direbus daya simpannya adalah2 minggu. Kerusakan pada telur asin disebabkan terjadinya penguapan air dan masuknya mikroorganisme melalui pori-pori cangkang telur. Penguapan air menyebabkan penurunan berat telur asin. Sedangkan kerusakan mikrobiologis telur disebabkan oleh bakteri pembusuk, antara lain Pseudomonas spp Micrococcus, Clostridium botulinum, Bacillus, Cladosporium, Penicillium (Fakhruddin, 2011).
Menurut Winarno dan Koswara (dalam Sukma dkk. 2012) Telur asin merupakan telur yang diawetkan dengan cara diasinkan dengan garam (NaCl). Telur itik yang sangat lazim digunakan karena penetrasi NaCl ke dalam telur itik sangat mudah. Telur asin yang baik mempunyai ciri-ciri cangkang tidak retak, putih telur kenyal, kuning telur masir berminyak,  tidak berbau dan tahan lama penyimpanan Penambahan dalam jumlah tertentu juga dapat mengawetkan bahan pangan  tersebut. Penambahan garam juga akan mengurangi oksigen terlarut, menghambat  kerja enzim dan menurunkan aktivitas air atau kandungan air bebas dalam bahan pangan
Menurut Sujinem (dalam Rukmiasih dkk. 2015) Metode pengasinan telur yang selama ini dikenal adalah dengan pengasinan tradisional, yaitu perendaman dalam larutan garam dan pembalutan telur dalam adonan garam dengan bubuk bata merah atau dengan abu gosok. Penetrasi garam secara difusi pada pengasinan tradisional berlangsung secara lambat. Kecepatan penetrasi garam ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kadar NaCl dalam larutan perendam. Selain hal tersebut, agar penetrasi garam ke dalam telur dapat berlangsung lebih cepat, maka pengasinan telur juga bisa dilakukan dengan metode tekanan.
Novia dkk (2010)  menyatakan telur asin yang direbus 6 jam dan di oven 2 jam mempunyai umur simpan yang lebih panjang hingga 3-4 minggu dibandingkan telur yang direbus selama 15 menit tahan selama 1 minggu serta nilai gizinya dapat lebih dipertahankan. Dari hasil pra penelitian dimana proses pembakaran dengan menggunakan oven suhu 70ºC selama 6 jam bisa dipertahankan umur simpan lebih lama hingga 25 hari dibandingkan telur asin yang direbus selama 15 menit hanya bisa dipertahankan selama 7 hari.
Menurut Winarno dan Koswara (dalam Lukito dkk. 2012) Tahap-tahap pembuatan telur asin dengan menggunakan media dimulai dari pemilihan telur yang bermutu baik dan berukuran seragam, menyiapkan media yang digunakan, dan membungkus telur tersebut dalam wadah yang tertutup, membersihkan dan merebus adonan setelah waktu pemeraman selesai (Murtidjo, 1986). Telur yang telah diasinkan mengalami penurunan berat sekitar 2 –8,4 %. Ukuran kristal garam berpengaruh pada proses pengasinan telur. Kristal garam yang besar (lebih dari 6 mm 3) menghasilkan laju difusi akan terlalu cepat yang dapat menyebabkan pengerasan lapisan protein terluar dari telur sehingga menghambat difusi garam kebagian telur yang lebih dalam.



BAB III
METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Ember plastik
2. Panci plastik
3. Kompor atau alat pemanas
4. Panci untuk merebus
5. Alat pengaduk
6. Stoples atau alat penyimpan telur
B. Bahan
1. Telur bebek yang bermutu baik 3 butir
2. Abu gosok
3. Bubuk batu bata
4. Garam dapur
5. Air bersih secukupnya
3.2 Prosedur Kerja
1. Pilih telur yang bermutu baik (tidak retak atau busuk)
2. Bersihkan telur dengan jalan mencuci atau dilap dengan air hannga, kemudian keringkan
3. Amplas seluruh permukaan telur agar pori-pori terbuka
4. buat adonan pengasinan yang terdiri dari:
a. campuran abu gosok dan garam, dengan perbandingan (1:1)
b. Campuran bubuk batu bata merah dan garam, dengan perbandingan sama (1:1)
c. Campuran air dan garam, dengan perbandingan (2:1)
5. Tambahkan sedikit air kedalam adonan (a) dan (b) kemudian aduk sampai adonan berbentuk pasta
6. Bungkus telur dengan adonan satu persatu secara merata sekeliling permukaan telur, kira-kira setebal 1-2 mm
7. Simpan telur dalam ember plastik selama 8 atau 14 sampai 20 hari tergantung tingkat asinnya yanng dikehendaki. Usahakan agar telur tidak pecah, simpan di tempat yang bersih dan terbuka
8. Untuk telur yang diasin dengan larutan garam, setelah telur melewati prosedur kerja (1), (2), dan (3) kemudian rendam dalam larutan garam (c)
9. Setelah selesai pengasinan bersihkan telur dari adonan





















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
            Hasil analisis data pengamatan dapat dilihat pada tabel dibawah:
1. Rasa Telur Asin
NO
Perlakuan
pengasinan
Pemeraman (hari) dan skor keberhasilan (1 sd 5)
Berat telur asin (gr)
8 hari
Sebelum
dimasak
Sesudah dimasak
skor
1
2
3
4
5
1
Abu gosok & garam


ѵ


60,39
60,4
2
Batu bata merah & garam



ѵ

54,1
54,8
3
Larutan air & garam

ѵ



62,0
63,3

NO
Perlakuan
pengasinan
Pemeraman (hari) dan skor keberhasilan (1 sd 5)
Berat telur asin (gr)
14 hari
Sebelum
dimasak
Sesudah dimasak
skor
1
2
3
4
5
1
Abu gosok & garam



ѵ

68,9
68,49
2
Batu bata merah & garam



ѵ

52,1
52,4
3
Larutan air & garam


ѵ


57,2
68,49





NO
Perlakuan
pengasinan
Pemeraman (hari) dan skor keberhasilan (1 sd 5)
Berat telur asin (gr)
20 hari
Sebelum
dimasak
Sesudah dimasak
skor
1
2
3
4
5
1
Abu gosok & garam


ѵ




2
Batu bata merah & garam


ѵ




3
Larutan air & garam

ѵ



58,9
59,2

B. Penampilan warna telur asin
NO
Perlakuan
pengasinan
Pemeraman (hari) dan skor keberhasilan (1 sd 5)
Berat telur asin (gr)
8 hari
Sebelum
dimasak
Sesudah dimasak
skor
1
2
3
4
5
1
Abu gosok & garam



ѵ



2
Batu bata merah & garam



ѵ



3
Larutan air & garam
ѵ







NO
Perlakuan
pengasinan
Pemeraman (hari) dan skor keberhasilan (1 sd 5)
Berat telur asin (gr)
14 hari
Sebelum
dimasak
Sesudah dimasak
skor
1
2
3
4
5
1
Abu gosok & garam



ѵ



2
Batu bata merah & garam



ѵ



3
Larutan air & garam


ѵ





NO
Perlakuan
pengasinan
Pemeraman (hari) dan skor keberhasilan (1 sd 5)
Berat telur asin (gr)
20 hari
Sebelum
dimasak
Sesudah dimasak
skor
1
2
3
4
5
1
Abu gosok & garam



ѵ



2
Batu bata merah & garam


ѵ




3
Larutan air & garam


ѵ





C. Tekstur Telur Asin
NO
Perlakuan
pengasinan
Pemeraman (hari) dan skor keberhasilan (1 sd 5)
Berat telur asin (gr)
8 hari
Sebelum
dimasak
Sesudah dimasak
skor
1
2
3
4
5
1
Abu gosok & garam


ѵ




2
Batu bata merah & garam



ѵ



3
Larutan air & garam
ѵ







NO
Perlakuan
pengasinan
Pemeraman (hari) dan skor keberhasilan (1 sd 5)
Berat telur asin (gr)
14 hari
Sebelum
dimasak
Sesudah dimasak
skor
1
2
3
4
5
1
Abu gosok & garam


ѵ




2
Batu bata merah & garam

ѵ





3
Larutan air & garam

ѵ






NO
Perlakuan
pengasinan
Pemeraman (hari) dan skor keberhasilan (1 sd 5)
Berat telur asin (gr)
20 hari
Sebelum
dimasak
Sesudah dimasak
skor
1
2
3
4
5
1
Abu gosok & garam



ѵ



2
Batu bata merah & garam
ѵ






3
Larutan air & garam

ѵ






D.Aroma Telur Asin
NO
Perlakuan
pengasinan
Pemeraman (hari) dan skor keberhasilan (1 sd 5)
Berat telur asin (gr)
8 hari
Sebelum
dimasak
Sesudah dimasak
skor
1
2
3
4
5
1
Abu gosok & garam



ѵ



2
Batu bata merah & garam



ѵ



3
Larutan air & garam
ѵ







NO
Perlakuan
pengasinan
Pemeraman (hari) dan skor keberhasilan (1 sd 5)
Berat telur asin (gr)
14 hari
Sebelum
dimasak
Sesudah dimasak
skor
1
2
3
4
5
1
Abu gosok & garam



ѵ



2
Batu bata merah & garam



ѵ



3
Larutan air & garam

ѵ






NO
Perlakuan
pengasinan
Pemeraman (hari) dan skor keberhasilan (1 sd 5)
Berat telur asin (gr)
20 hari
Sebelum
dimasak
Sesudah dimasak
skor
1
2
3
4
5
1
Abu gosok & garam


ѵ




2
Batu bata merah & garam



ѵ



3
Larutan air & garam
ѵ







E.Penilaian Keseluruhan Telur Asin
NO
Perlakuan
pengasinan
Pemeraman (hari) dan skor keberhasilan (1 sd 5)
Berat telur asin (gr)
8 hari
Sebelum
dimasak
Sesudah dimasak
skor
1
2
3
4
5
1
Abu gosok & garam



ѵ



2
Batu bata merah & garam



ѵ



3
Larutan air & garam

ѵ






NO
Perlakuan
pengasinan
Pemeraman (hari) dan skor keberhasilan (1 sd 5)
Berat telur asin (gr)
14 hari
Sebelum
dimasak
Sesudah dimasak
Skor
1
2
3
4
5
1
Abu gosok & garam



Ѵ



2
Batu bata merah & garam



Ѵ



3
Larutan air & garam

ѵ






NO
Perlakuan
Pengasinan
Pemeraman (hari) dan skor keberhasilan (1 sd 5)
Berat telur asin (gr)
20 hari
Sebelum
dimasak
Sesudah dimasak
skor
1
2
3
4
5
1
Abu gosok & garam



ѵ



2
Batu bata merah & garam



ѵ



3
Larutan air & garam

ѵ





Keterangan skor: 1. Sangat gagal, 2. Gagal, 3. Cukup berhasil, 4. Berhasil, 5. Sangat berhasil
4.2 Pembahsan
            Hasil pengamatan pada praktikum pengolahan telur asin didapat bahwa pada hari ke-8 dan hari ke-20 rasa telur asin yang dihasilkan oleh pengolahan telur asin menggunakan adonan abu gosok dan garam yaitu mendapat skor 3 dimana skor ini menunjukan bahwa rasa yang didapat cukup berhasil, sedangkan pada hari ke-14 rasa telur asinn yang dihasilkan mendapat skor 4. Proses pengolahan telur asin dengan adonan batu bata merah dan garam pada hari ke-8 dan hari ke-14 mendapat skor 4, sedangkan dihari ke-20 mendapatkan skor 3. Pengolahan dengan larutan garam pada hari ke-8 mendapatkan skor 2, hari ke-14 mendapatkan skor 3 dan hari ke-20 mendapatkan skor 2. Pengolahan telur asin dengan adonan abu gosok dan adonan batu bata merah rasa telur terasa asin namun tidak terlalu menyengat, ini disebabkan garam yang terdapat pada adonan telur asin meresap pada pori-pori telur dengan sempurna. Pengolahan telur asin dengan larutan garam pada hari ke-8 dan hari ke-20 rasa asin tidak begitu terasa dan pada hari ke-14 rasa asin  pada telur cukup terasa. Pada proses pembuatan telur asin terjadi pertukaran ion yang bersifat stokiometri, yakni satu H+ diganti oleh suatu Na+.  Pertukaran ion adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap. Ion Na didapatkan dari garam sedangkan ion H+ berasal dari air. Dengan demikian, ion Na masuk kedalam telur dan kadar air berkurang, akibatnya telur menjadi asin.
            Aspek penampilan warna yang didapat pada poses abu gosok dan garam pada hari ke-8, hari ke-14 dan hari ke-20 mendapatkan skor yang sama yaitu 4. Pegolahan dengan adonan batu bata merah dan garam pada hari ke-8 dan hari ke-14 mendapatkan skor sama yaitu 4, sedangkan dihari ke-20 skor berkurang menjadi 3. Pengolahan telur asin dengan larutan garam pada hari ke-8 mendapatkan skor 1, hari ke-14 dan hari ke-20 memiliki skor sama yaitu 3. Pengolahan telur asin dengan abu gosok dan batu bata merah  artinya penampilan warna yang dihasilkan memenuhi kriteria ukuran keberhasilan pengasinan, dimana kuning telur berwarna cerah atau jingga dan berminyak. Pengolahan dengan larutan memiliki artian bahwa penampilan warna pada hari ke-8 sangat tidak berhasil dan pada hari ke-14 dan hari ke-20 penampilan warna cukup berhasil. Warna ini disebabkan karena adanya proses kimiawi pada telur. Telur asin yang baik memiliki minyak yang berada dipinggiran telur asin.
            Tekstur telur asin yang diproses dengan menggunakan adonan abu gosok dan garam pada hari ke-8 dan hari ke-14 memiliki skor sama yaitu  3, sedangkan pada hari ke-20 memiliki skor yang lebih baik yaitu 4. Skor 3 yang didapat menunjukan tingkat keberhasilan yaitu cukup berhasil, sedangkan skor 4 berhasil. Pengolahan telur asin dengan adonan batu bata merah dan garam pada hari ke-8 mendapat skor 4, hari ke-14 mendapat skor 2 dan hari ke-20 mendapat skor 1. Pengolahan telur asin dengan larutan garam pada hari ke-8 mendapatkan skor 1, hari ke-14 dan hari ke-20 mendapatkan skor sama yaitu 2. Pada pengolahan dengan adonan abu gosok dan garam, artinya tekstur yang didapat memenuhi kriteria ukuran keberhasilan, dimana posisi kuning telur berada ditengah-tengah putih telur dan terdapat rongga. Pengolahan telur asin dengan adnonan batu bata merah pada hari ke-8 tekstur yang didapat memenuhi kriteria ukuran keberhasilan, namun pada hari ke-14 dan ke-20 mengalami penurunan tingkat keberhasilan. Sedangkan pada pengolahan telur asin dengan larutan garam tidak memiliki tingkat keberhasilan sesuai dengan kriteria ukuran keberhasilan. Kuning telur pada telur asin yang ber mutu tinggi terletak di tengah, dengan ukuran kantung udara yang kecil. Jika letaknya tidak di tengah, menandakan telur yang digunakan mutunya kurang baik. Posisi ini tergantung pada saat telur diletakan, untuk mendapatkan posisi kuning telur yang baik sebaiknya telur diletakan pada ujung menghadap ke atas.
            Aroma telur asin yang dihasilkan dengan pengolahan menggunakan adonan abu gosok dan  batu bata pada hari ke-8 dan hari ke-14 memiliki skor yang sama yaitu 4, pada hari ke-20 pengolahan telur asin dengan adonan abu gosok dan garam mendapatkan skor 3 dan pengolahan telur asin dengan adonan batu bata merah dan garam mendapatkan skor 4. Pada kedua pengolahan telur asin tersebut dapat diartikan bahwa tingkat keberhasilan pada aroma telur asin sesuai dengan kriteria ukuran keberhasilan pengasinan, dimana aroma yang dihasilkan tidak berbau amis. Kedua pengolahan tersebut membuat pori-pori telur menjadi tertutup dan hanya dapat dilewati oleh partikel garam. Sebaliknya pada pengolahan telur asin dengan larutan garam pada hari ke-8 dan hari ke-20 mendapatkan skor sama yaitu 1 dan dihari ke-20 mendapatkan skor 2. Aroma yang dihasilkan pada pengolahan dengan menggunakan larutan garam menimbulkan bau amis yang menyengat, bau ni disebabkan adanya mikroorganisme yang masuk kepori-pori telur yang menimbulkan bau amis.
            Aspek penilaian keseluruhan telur asin pada pengolahan dengan adonan abu gosok dan batu bata merah yang dicampur garam pada hari ke-8, hari ke-14 dan hari ke-20 mendapat skor sama yaitu 4, dimana skor ini menunjukan bahwa dari keempat aspek yang telah dijelaskan tersebut mendapatkan tingkat keberhasilan sesuai dengan kriteria ukuran keberhasilan pengasinan. Sedangkan pengolahan telur asin dengan larutan garam pada hari ke-8, hari ke-14 dan hari ke-20 mendapatkan skor 2, artinya pengolahan dengan larutan garam mengalami kegagalan. Tingkat keberhasilan pengolahan telur asin akan lebih baik dengan adonan abu gosok dan garam dan batu bata merah dan garam karena kedua adonan tersebut dapat menutup pori-pori pada cangkanng telur dengan baik dan hanya partikel garam yang dapat menembus pori-pori tersebu, selain itu abu gosok dan batu bata merah dapat menyerap air yang dikeluarkan oleh telur sehingga memungkinkan untuk mencegah masuknya mikroba ke pori-pori telur. Sedangkan pada larutan garam akan timbul mikroba yang dapat merusak telur karena pori-pori telur tidak tertutup dengan benar.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Keberhasilan pengolahan telur asin terdapat pada pengolahan dengan adonan abu gosok dan garam dan batu bata merah dan garam. Kedua adonan tersebut dapat menutup pori-pori telur dengan baik, sedangkan pada larutan garam tidak dapat memnutup pori-pori telur dengan baik sehingga adanya mikroba yang masuk kedalam telur. Ada 5 aspek yang harus diperhatikan dalam menentukan tingkat keberhasilan pengolahan telur asin, yaitu:
            1. Rasa telur asin.
            2. Penampilan warna telur asin.
            3. Tekstur telur asin.
            4. Aroma telur asin.
            5. Penilaian keseluruhan telur asin.
5.2 Saran
            Pada praktikum teknologi pengolahan hasil pertanian, praktikan harus benar-benar memperhatikan proses pengolahan jika tidak maka keberhasilan yang akan didapat akan minim.







PERTANYAAN
1. Apa tujuan pengasinan telur ?
2. Apakah pengasinan telur itu menguntungkan atau merugikan ?
Jawab
1. Tujuan pengasinan pada telur yaitu untuk pengawetan telur agar masa penyimpanan telur lebih lama, pengasinan pada telur mengurangi bau amis pada telur.
2. Menguntungkan. Karena pengasinan telur dapat memperpanjang waktu simpan telur lebih lama.


















DAFTAR PUSTAKA
Fakhruddin U. 2011. Studi Penggunaan Edible Coating Dari Campuran Kappa Karaginan Dan Natrium Alginat Terhadap Daya Simpan Telur Asin Rebus Pada Suhu Ruang Dan Suhu Refrigerator. Program Sarjana Universitas Brawijaya, Malang.
Lukito. G. A., A. Suwarastuti, dan A. Hintono. 2012. Pengaruh berbagai metode
pengasinan terhadap kadar NaCl, kekenyalan dan tingkat kesukaan konsumen pada telur puyuh asin. Animal Agriculture Journal, 1(1): 829-838.
D. Novia, S. Melia, N. Z. Ayuza. 2011. Kajian Suhu Pengovenan Terhadap Kadar Protein Dan Nilai Organoleptik Telur Asin. Jurnal Peternakan Vol 8 No 2 September 2011 (70 - 76). Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang
Rukmiasih, N. Ulupi, W. Indriani. 2015. Physical, Chemical and Organoleptic Characteristics of Salted Eggs by Salting with Pressure Level and Salt Concentration Different. Departemen Ilmu Produksi dan Teknoloi Peternakan, Fakultas Peternakan, InstitutPertanian Bogor
Sukma, A. W., A. Hintono dan B. E. Setiani. 2012. Perubahan mutu hedonik telur asin sangrai selama penyimpanan. Animal Agriculture Journal. 1 (1) : 586 – 598.














No comments:

Post a Comment

Sinar

Saat malam diterangi sinar bulan Aku berusaha menutup mataku Namun yang terlintas adalah bayanganmu Senyummu yang indah mengalahkan sina...